Pasal1 : Tulisan "halal" adalah tulisan yang dicantumkan pada label/penandaan yang memberikan jaminan tentang halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Pasal 2 :Produsen yang mencantumkan tulisan "halal" pada label atau penandaan makanan produknya bertanggungjawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam
2 Tidak semua drone siap diterbangkan Pertimbangan lain dalam membeli drone adalah mengetahui beberapa akronim seperti : RTF kepanjangan dari ready to fly drone, dimana tidak diperlukan setup atau langkah perakitan. Kita hanya perlu charge battery atau memasang baling-balling serta menghubungkan remote ke quadcopter.
Dalammemilih jasa catering pernikahan tidaklah harus kita dibutakan dari dekorasinya saja, akan tetapi cita rasa masakan juga harus menjadi perhatian utaman dalam memilih catering pernikahan. Keunggulan utama dari paket prasmanan berkah catering adalah dari segi harga yang murah. Harga paket prasmanan berkah catering mulai dari harga 22
3 Para Pengajar. Pengajar/Guru juga menjadi pertimbangan utama dalam memilih sekolah. Dari percakapan dengan pihak sekolah, Orang tua bisa mengamati bagaimana cara mereka melayani pertanyaan Anda. & perhatikan juga pada saat mereka mengajar & berinteraksi bersama murid-murid. Hal ini sangat diperlukan terutama bagi anak seusia SD/TK. 4.
Pertimbangan utama dalam menggunakan dalam menggunakan alat listrik rumah tangga, adalah dari segitiga kegunaan atau aspek fungsional dan pertimbangan tingkat kebutuhan (skala prioritas). · Pertimbangan yang lain harus di perhatikan adalah kemampuan daya listrik pada alat listrik yang kita gunakan, harus disesuaikan dengan besarnya daya
KategoriProduk. Bahan Kue. Gelatine Alasan Belanja Gelatin Kue di Toko Wahab Gelatin adalah bahan kue ini banyak dimanfaatkan untuk bahan pengental krim kue, jelly dan bisa juga pudding dan biasanya bentuknya ada yang berupa bubuk dan ada juga yang berupa lembaran. Harga gelatin untuk kue juga sangat beragam dan berbeda-beda setiap toko. Salah satunya adalah seperti yang bisa Anda dapatkan di
. MENJAGA gaya hidup sehat menjadi tren masyarakat perkotaan di tengah berbagai ancaman penyakit. Salah satu perilaku hidup sehat itu ditunjukkan dengan pilihan menu makanan melalui jasa katering diet sehat. Katering diet sehat merupakam cara bagaimana bisa tetap makan sehat tapi enak. Berikut hal yang diperhatikan ketika memilih jasa katering khusus program diet sehat versi survei Litbang SINDO Menu Makanan yang Disediakan Hal pertama dan paling penting perlu diperhatikan saat memilih jasa katering diet sehat adalah menu makanan yang disediakan oleh pihak katering. Menyesuaikan menu makanan dengan jenis diet perlu dilakukan demi mencapai hasil yang memuaskan 2. Kualitas Makanan Kualitas makanan menjadi faktor pertimbangan kedua yang menjadi perhatian responden. Bahan yang digunakan oleh pemilik catering sangat menentukan kualitas. Misalnya penggunaan minyak. Minyak untuk makanan sehat akan berbeda dengan minyak goreng biasa. 3. Kriteria Diet yang DijalankanProgram diet bisa terdiri dari beberapa jenis dimana masing-masing memiliki perbedaan proses dan cara. Dikenal ada diet mayo, diet OCD, diet ketogenik, dan lainnya. Jenis program diet tentunya harus disesuaikan dengan menu yang disiapkan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pihak penyedia katering biasanya menyediakan jasa konsultasi terlebih dahulu sebelum ditentukan menu diet yang Harga Banyak orang khawatir dengan harga yang mahal jika ingin berlangganan katering diet. Oleh karena itu, sebelum menentukan pilihan, tak ada salahnya mencari tahu terlebih dahulu atau menanyakan langsung perihal harga per hari, per minggu atau per bulannya. 5. Alternatif Pilihan Makanan Ada katering yang sudah memiliki daftar menu tersendiri setiap harinya. Menu tersebut akan diubah di setiap minggunya. Ada beberapa katering yang menyediakan banyak alternatif menu pilihan sehingga pelanggannya bisa menentukan sendiri menu diet yang diinginkan. Buat konsumen, hal ini lebih menguntungkan karena adanya perbedaan selera6. Rekomendasi Berupa Testimoni Pengguna Jasa KateringRekomendasi diperlukan untuk menguatkan seseorang dalam memilih catering yang diinginkan. Pesan-pesan berbentuk testimoni banyak digunakan untuk mendapatkan rekomendasi. Dari testimoni inilah bisa dilihat apakah katering tersebut memang layak atau cocok digunakan atau tidak7. Kualitas Pelayanan Pelayanan juga menjadi hal yang menjadi pertimbangan, di antaranya ketepatan waktu antar. Program diet mewajibkan pesertanya untuk makan secara tepat waktu dan konsisten. Jika pola makan berantakan, maka diet tidak akan menjadi efektif. 8. LokasiLokasi pihak katering dengan tempat tinggal pelanggan juga memengaruhi cita rasa makanan diet sehat. Jika jarak antar terlalu jauh, dikhawatirkan rasa dari makanan diet justru berubah dan menjadi tidak sehat. Selain itu kondisi di jalanan seperti hujan atau panas juga bisa memengaruhi kualitas dari makanan diet Pemilik KateringPemilik katering diet sehat biasanya adalah orang yang juga menjalani diet sehat. Hal ini bisa dijadikan patokan dalam memilih jasa catering, karena jika pemilik juga menjalani diet sama dan terbukti cocok, maka mereka tahu menu yang pas untuk pengguna Brand KateringBrand yang terkenal biasanya akan menjadi pilihan calon kosumen untuk memenuhi kebutuhannya. Berbekal pencarian informasi yang akurat, maka brand terkenal dianggap sudah mumpuni untuk memberikan layanan jasa memuaskan dibandingkan jasa katering yang brand-nya belum terkenal.poe
Download Article Download Article When you’re choosing, planning and cooking meals, there are many factors to consider. You want to make sure the meals that you’re planning are nutritious, tasty and budget-friendly while also accommodating everyone’s dietary needs. Once you get familiar with the factors, planning meals in advance will be a snap. You’ll save money, eat healthily and save time, as well. 1 Include a variety of foods from the major food groups. A balanced diet requires eating a variety of fruits, vegetables, whole grains, low-fat dairy products, and lean protein this includes beans and other legumes, nuts and seeds.[1] Most of the foods you eat every day should fit into one of these categories. Try to make plant-derived foods such as whole grains, vegetables and fruits the foundation of every meal.[2] After establishing a basis of plant-derived foods for a meal, then add in a moderate amount of low-fat dairy and lean protein items. 2 Use a variety of ingredients, flavors and textures. Since calories, nutrients and fiber content of foods in the same food group can differ dramatically, good nutrition depends on getting a variety of different foods from within the food groups. Mix up it by using an assortment of colors, shapes, flavors and textures.[3] The diversity in your choices will also make meals more interesting and appealing for everyone. Advertisement 3 Take proper portion sizes into account. When people are faced with overly large portions, they tend to overeat.[4] Check the packages of foods you’re preparing to about serving sizes and follow the guidelines. Unless you intend to make a lot of food so that there will be leftovers, try to follow basic serving size guidelines. One serving of meat or fish is approximately 3 ounces.[5] One serving of dairy is approximately 1 cup. One serving of vegetables is approximately 1 cup raw and ½ cup cooked. One serving of whole grains is 1 slice of bread, 1 cup of dry cereal, and ½ cup cooked rice, cereal and pasta. One serving of fruit is 1 medium sized fresh piece approximately the size of a baseball and ¼ cup dried. 4 Avoid foods that are very high in fat, sugar, calories and sodium. While they can’t be eliminated completely, a healthy, balanced diet includes a very low percentage of these types of foods. Our bodies need fat, but try to mostly choose healthy fats for your meals. A few healthy fat options are avocados, salmon, albacore tuna, nuts and peanut butter.[6] Don't completely eliminate salt, you need some of it or you can get sick. 5 Address the dietary needs of different age groups. Teenagers and adults over the age of 50 need a lot of calcium in their diets. Small children, adolescent girls, and women of childbearing age need plenty of iron, which you can get from lean meats and cereals with added nutrients.[7] Women trying to become pregnant need extra folic acid. Elderly adults need to take in extra vitamin D. Advertisement 1 Find out if anyone is vegetarian or vegan. Vegetarians do not eat meat, poultry, or seafood. Some vegetarians don’t eat dairy, so make sure to get the details from them if you’re feeding a vegetarian. Vegans don’t eat meat, poultry, or seafood, or any other animal products including milk and eggs. Since their diets are somewhat restricted, vegans and vegetarians need a lot of variety in their food choices in order to meet their nutrition needs. Some food options that are popular among vegetarians and vegans are kale, grains, nuts, legumes, and beans.[8] 2 Inquire about food allergies and intolerances. Some people have negative, sometimes even life-threatening, reactions to specific kinds of foods, so make sure to ask about them. The Mayo Clinic names eggs, milk, peanuts, shellfish, tree nuts, soy and fish as some of the most common food allergens.[9] Wheat is another big one. Common food intolerances are lactose which is in milk products, MSG and gluten which is in bread, pasta, and many wheat products. Some people also have sensitivity to yeast, which can cause yeast overgrowth and inflammation on the digestive system. 3 Find out if anyone is on a special diet for other health reasons. People with heart disease, high cholesterol levels and high blood pressure need to avoid certain foods to maintain good health. Some of the major foods they should avoid are processed meats, highly refined and processed carbohydrates, and sodas and other types of sugary drinks.[10] Diabetics also need to avoid certain foods to maintain proper insulin levels, so be sure to ask about this one, too. 4 Inquire about religion-related food restrictions. Some people don’t eat certain foods because of their religion. There are many different types of religions with food restrictions, and the restrictions themselves vary from religion to religion. Some religions have food restrictions only at certain times of the year, so be sure to ask about the details. Advertisement 1 Plan ahead. The best way to stick to a budget is to plan your meals one week in advance.[11] Decide which meals you want to make for the upcoming week and make a detailed grocery list of needed ingredients. Be sure to take the list with you when you go shopping, so that you’ll only pick up the items that you need. 2 Check out current grocery store sales.[12] As you’re planning your meals, take into account which food products are on sale and where, and do your shopping at those places. By sticking to your shopping list and creating planned meals around sales, you can save even more money. Don’t forget to check the newspaper for coupons and additional ways to save. 3 Use seasonal fruits and vegetables.[13] Not only will seasonal fruits and veggies be easier to find, they will also be available in abundance for a much lower price than usual. When they’re in season, fruits and veggies tend to be at their tastiest, making them ideal foods to stock up on. When fruit and vegetables aren’t in season, buy canned or frozen varieties, which are generally cheaper while still offering great nutritional benefits. Along with your local grocery stores’ produce section, also check out any farmer’s markets in your area for even more options and organic produce at a low price. 4 Incorporate foods that you already have and buy low-cost items.[14] Check out what’s currently in your pantry. For instance, do you have some canned food items pushed to the very back of your pantry that have been in there awhile? Plan a few meals around those. According to the USDA, the least-expensive vegetables are eggplants, lettuce, carrots and tomatillos.[15] The least-expensive fruits are apples, peaches, pineapples, pears, bananas and watermelon. For low-cost sources of protein, opt for canned tuna, ground beef and eggs. Keep everything organized in your refrigerator so that you don't forget what's in there when planning. Also, make sure to keep hard foods together and the leafy greens in another section. This way, your leaves won't get lodged underneath other foods wilting away. Advertisement 1 Plan according to how much time you have to cook. Take into account how much time you have each day to cook. For instance, if you work 8 or more hours per day, you’re going to have less time available for preparing meals. Plan meals that are faster and easier to prepare. Invest in a crock pot. You do a quick prep the night before, toss everything in the crock pot the next morning, turn it on and you're done! When you arrive back home later that evening, your meal will be waiting for you. Cook large batches and freeze portions for later meals. Use canned items, like beans, for a quicker meal prep. No hours of soaking required.[16] When you're short on time, use frozen vegetables instead of fresh. Frozen veggies are still nutritious, and you'll save tons of prep time.[17] Explore new recipes that incorporate baking, grilling and sauteing. Baking casseroles, for example, generally requires a short prep time and once you pop it in the oven, you don't have to babysit it. 2Make sure you have the right equipment. Be certain that you have the cookware, utensils, dishes and other items required for the meals you’re planning on hand before you buy all of the ingredients to make them. If you are planning large meals with the intention of having leftovers, make sure you have enough storage containers and Tupperware to accommodate everything. 3 Confirm that the ingredients can be easily attained.[18] Avoid recipes that require fruits and vegetables that are out of season. Also avoid recipes that require gourmet ingredients or any other hard-to-find items. If you’re planning large meals, make sure the ingredients you need can be easily obtained in large quantities. 4Avoid elaborate food preparation unless you have help. If you’re cooking alone, don’t plan elaborate or complex meals that require a lot of preparation. Plan meals that you can easily handle yourself, unless you have people around in your house that can assist you. Advertisement Weekly Meal Plan Ideas and Menu Add New Question Question Can you state five points to consider when planning meals? Certainly. 5 points to consider when planning meals 1 Be sure to address everyone's dietary needs by including a variety of foods from the major food groups. 2 Make sure you can accommodate special diets for vegetarians and vegans, if required. 3 Plan your meals one week in advance to save money and keep to a budget. 4 Use seasonal fruits and vegetables, which is cost-effective and efficient. 5 Make sure you plan meals that you have time to cook. If you work long hours, look for healthy recipes that are quick and easy to prepare. Question What are the non-nutritional factors which affect meal planning? Accommodating lifestyle choices vegetarian/vegan diets, accommodating food allergies and intolerances, sticking to a budget by planning ahead and choosing low-cost options, making sure you plan meals that you have enough time in your schedule to cook, and making sure you plan meals that you have the required equipment to cook. Question What is the importance of considering a guest's special requests and cultural requirements? Many people have special diets because of health reasons, are vegetarian/vegan, suffer from food allergies, or can't eat certain foods because of their culture or religion. These are important things in their life, so accommodate them if at all possible. See more answers Ask a Question 200 characters left Include your email address to get a message when this question is answered. Submit Advertisement Even if you can't prepare meals for the whole week, try to always have a couple of meals ready in the refrigerator, as that will cut time and help you on more busy days. Advertisement References About This Article Article SummaryXTo consider the factors when planning meals, remember to include a variety of foods from the major food groups so that your diet is balanced. Be sure to incorporate lots of fresh fruits and veggies, and try to buy them seasonally to reduce how much you spend on produce. If you're planning meals for others, find out if anyone is vegan or vegetarian, has food allergies, or any religious dietary restrictions. Also, keep appropriate portion sizes in mind as you plan individual meals and buy ingredients. For tips on considering time restrictions, read on! Did this summary help you? Thanks to all authors for creating a page that has been read 328,469 times. Reader Success Stories Mary Ann Larson Jul 31, 2017 "It reminded me of 'other's needs.' Sometimes, when you have cooked for the same people for awhile,..." more Did this article help you?
Pada masa kini perniagaan restoran telah berkembang pesat kerana mendapat perhatian daripada pelanggan. Maka kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti faktor-faktor yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan di Bandar Baru Bangi. Kajian ini berbentuk kuantitatif. Soal selidik telah digunakan sebagai kaedah pengumpulan data dan diedarkan kepada 50 orang responden di restoran Bandar Baru Bangi dengan menggunakan Skala Likert yang berukuran dari skala satu hingga ke skala lima digunakan sebagai instrumen untuk mengumpul maklumat tentang faktor-faktor yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan di Bandar Baru Bangi. Seterusnya data yang diperolehi telah dianalisis dengan menggunakan program Statistical Packages For Social Science SPSS untuk mendapatkan kekerapan, peratusan dan min. Secara umumnya penemuan kajian menunjukkan faktor utama yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan ialah kebersihan fizikal. Dapatan kajian juga menunjukkan makanan yang sedap dan lazat juga merupakan elemen yang mempengaruhi pelanggan untuk memilih makan di restoran. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free FAKTOR-FAKTOR YANG DILIHAT OLEH PENGGUNA DALAM MEMILIH RESTORAN UNTUK MAKAN DI BANDAR BARU BANGI ANWAR BIN NABI ALAM P69116 RAVI A/L NAGARATHANAM P69124 PROJEK KERJA LAPANGAN YANG DISEDIAKAN SEBAHAGIAN DARIPADA TUGASAN KURSUS GGGC6343 PENGURUSAN ENTERPRAIS KECIL DAN SEDERHANA FAKULTI PENDIDIKAN UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA BANGI 2013 i ABSTRAK Pada masa kini perniagaan restoran telah berkembang pesat kerana mendapat perhatian daripada pelanggan. Maka kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti faktor-faktor yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan di Bandar Baru Bangi. Kajian ini berbentuk kuantitatif. Soal selidik telah digunakan sebagai kaedah pengumpulan data dan diedarkan kepada 50 orang responden di restoran Bandar Baru Bangi dengan menggunakan Skala Likert yang berukuran dari skala satu hingga ke skala lima digunakan sebagai instrumen untuk mengumpul maklumat tentang faktor-faktor yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan di Bandar Baru Bangi. Seterusnya data yang diperolehi telah dianalisis dengan menggunakan program Statistical Packages For Social Science SPSS untuk mendapatkan kekerapan, peratusan dan min. Secara umumnya penemuan kajian menunjukkan faktor utama yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan ialah kebersihan fizikal. Dapatan kajian juga menunjukkan makanan yang sedap dan lazat juga merupakan elemen yang mempengaruhi pelanggan untuk memilih makan di restoran. 1 BAB I PENGENALAN Latar Belakang Kajian Perniagaan restoran pada masa kini dilihat berkembang pesat umpama cendawan tumbuh selepas hujan terutama nya di kawasan-kawasan bandar besar. Restoran juga dilihat bergerak selari dengan arus kemodenan zaman dan terdapat pelbagai inovasi dilakukan iaitu dari segi menu, rupa bentuk, hiasan dalaman, kemudahan yang disediakan dan lain-lain lagi. Perniagaan ini juga dilihat semakin hari semakin meningkat bilangannya. Jumlah pendapatan tahunan yang diperoleh juga mencecah berbilion ringgit dan berupaya merekrut atau menggaji bilangan pekerja yang ramai untuk menjalankan operasi harian supaya berjalan dengan lebih lancar serta efisien. Hal ini menunjukkan satu trend peningkatan yang positif kepada ekonomi negara. Kualiti dikatakan perkara utama dalam menentukan kejayaan sesebuah restoran. Kajian terhadap kualiti restoran juga pernah dijalankan oleh Oh 2000; Kivela; 1999; Ha dan Jang 2010. Sementara itu, Perkembangan restoran banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri demografi, cara hidup masyarakat dan juga perkembangan dalam bidang pelancongan. Faktor utama yang memainkan peranan dalam perkembangan restoran ini adalah faktor cara hidup dan faktor demografi. Cara hidup telah menggalakkan perniagaan restoran berkembang dengan pesat. Terdapat kebarangkalian pertumbuhan pesat dan pantas perniagaan restoran adalah kerana permintaan yang meningkat saban hari. Sesebuah restoran, mengambil langkah yang mudah untuk meningkatkan prestasi nya iaitu dengan menyediakan 2 makanan yang dikehendaki atau diminta oleh pelanggannya. Hal ini menyebabkan pelanggan berpuas hati kerana kehendak nya dapat dipenuhi dan ini akan menyebabkan pelanggan tersebut akan datang semula dan menjadi pelanggan tetap restoran tersebut. Pada masa kini juga restoran menyediakan pelbagai kemudahan untuk menarik perhatian pengunjung iaitu seperti penyediaan tempat solat, kemudahan wifi secara percuma dan sebagainya. Di samping itu terdapat juga restoran yang menawarkan perkhidmatan penghantaran kepada pelanggannya, contoh nya Restoran Nasi Ayam Belanga yang terletak di No. 8, Jalan Bertam Ria 1, Taman Bertam Ria Pulau Gadong, 75250 Melaka. Pelanggan restoran ini hanya perlu menelefon dan memesan makanan dan penghantaran akan dilakukan dalam masa yang singkat. Seperti mana diketahui umum makanan merupakan keperluan asas manusia selain daripada pakaian dan tempat tinggal. Dalam teori Keperluan Maslow, terdapat lima elemen yang dikemukakan iaitu fisiologi, keselamatan, sosial, estem diri dan keperluan kendiri. Dalam teori ini fisiologi merupakan perkara asas. Fisiologi merangkumi aspek keperluan asas manusia iaitu makanan, pakaian dan tempat tinggal. Makanan merupakan keperluan asas bagi manusia untuk meneruskan kehidupan di dunia ini. Dalam teori ini juga, Maslow‟s mengatakan kelaparan merupakan suatu perkara yang menyebabkan manusia berasa tidak selesa dan masalah ini hanya dapat diatasi oleh makanan. Menurut Kivela 1997, hidangan makanan yang cepat, layanan yang mesra, merupakan antara sebab ramai orang makan di restoran. Pelanggan merupakan individu yang mempunyai keperluan sendiri untuk dipenuhi dan boleh dibahagikan kepada beberapa kumpulan dalam industri perkhidmatan makanan Spears 1991. Terdapat dua jenis pasaran restoran iaitu untuk mengisi waktu lapang dan untuk perbincangan tentang perniagaan, di mana usahawan yang profesional akan mengunjungi sesebuah restoran untuk bertemu dengan pelanggan bagi membincangkan hal perniagaan mereka. Hal ini dilakukan adalah untuk menarik perhatian pelanggan kerana melalui layanan yang mesra mereka akan mudah memperoleh pelanggan Manakala, individu yang hadir dengan tujuan untuk mengisi waktu lapang, kebiasaannya bersama ahli keluarga atau rakan-rakan. 3 Memahami kehendak pelanggan adalah kunci kejayaan kepada sesebuah perniagaan restoran. Kegagalan memahami kehendak pelanggan akan membawa masalah kepada perniagaan yang diceburi. Kajian lepas menunjukkan bahawa perniagaan restoran yang berjaya merupakan restoran yang memahami kehendak pelanggannya dengan tepat dan seterusnya dapat mengembangkan perniagaan nya mengikut tren kehendak pasaran. Di samping itu, pengusaha atau peniaga restoran juga perlu mengelakkan daripada mengenakan harga yang tinggi kerana harga yang tinggi akan menyebabkan pelanggan merasa kurang selesa, dan perniagaan yang diceburi kurang berjaya. Pengusaha juga perlu melakukan promosi untuk menarik perhatian pelanggan. Oleh sebab itu, fokus terhadap kehendak pelanggan adalah sangat penting demi kelestarian sebuah restoran. Kesetiaan pelanggan juga merupakan faktor yang amat penting dalam kejayaan sesebuah restoran, kerana sebahagian besar dalam keuntungan sesuatu perniagaan adalah hasil daripada pelanggan mereka yang setia. Dengan wujudnya kesetiaan daripada pelanggan maka, sesebuah restoran akan dapat mengekalkan perniagaan mereka bertahun lamannya dari satu generasi ke generasi. Contohnya restoran sate kajang yang kini telah menjangkau usia perniagaan selama 22 tahun iaitu sejak 1992 hingga kini. Perniagaan restoran tidak terlepas daripada mengalami persaingan di antara satu sama lain seperti lokasi perniagaan yang berhampiran di antara satu sama lain, penawaran menu yang sama dan lain-lain lagi. Untuk menghadapi persaingan ini perkara kritikal yang dihadapi oleh pengusaha restoran adalah penyediaan makanan yang dapat memenuhi kehendak pelanggan dan kualiti perkhidmatan yang ditawarkan Johnson, 1996; Kwun and Oh, 2006. 4 Pernyataan Masalah Kemajuan yang berlaku pada hari menyebabkan masyarakat ini lebih memilih untuk makan di luar. Faktor utama yang menyebabkan masyarakat memilih untuk makan di luar adalah kerana suami dan isteri yang bekerja. Jika pada suatu masa dahulu hanya kaum lelaki sahaja yang akan keluar bekerja tetapi pada masa kini kaum wanita juga turut sama-sama menyumbang tenaga dalam sektor pekerjaan. Kaum wanita tidak lagi sepenuhnya duduk di rumah untuk menguruskan rumah tangga tetapi mereka keluar bekerja untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga disebabkan peningkatan kos hidup terutamanya di kawasan-kawasan bandar. Maka apabila fenomena ini berlaku wanita tidak lagi mempunyai masa yang mencukupi untuk menguruskan rumah tangga dan ada yang mengupah pembantu rumah untuk melakukan kerja-kerja rumah seperti memasak, mengemas, membasuh dan sebagainya. Bagi yang tidak mempunyai pembantu rumah disebabkan kurang berkemampuan maka mereka mencari alternatif lain iaitu dengan memilih untuk makan di luar kerana kesuntukan masa. Apabila memilih untuk makan di luar mereka tidak perlu lagi memikirkan tentang apa yang perlu dimasak selepas pulang daripada tempat kerja dan mereka hanya perlu memesan sahaja makanan dan membayar apabila hidangan tersebut telah siap dimasak. Selain daripada itu faktor yang mendorong masyarakat untuk makan di luar adalah kerana makan di luar memberikan pelanggan merasai pengalaman yang berbeza daripada di rumah kerana di restoran terdapat pelbagai menu yang disediakan iaitu menu tempatan, menu stail barat, Jepun, Korea dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan pelanggan merasai kelainan daripada kebiasaannya. Selain itu, restoran juga merupakan tempat yang mana masyarakat akan merasai kegembiraan, kesenangan, keselesaan secara peribadi. Seterusnya faktor yang menyebabkan masyarakat memilih untuk makan di restoran adalah kerana kesuntukan masa. Di bandar kebiasaannya penduduk akan keluar awal pagi untuk ke tempat kerja bagi mengelakkan kesesakan lalu lintas dan pulang lewat malam ke rumah kerana bekerja lebih masa over time bagi menambah pendapatan keluarga 5 disebabkan peningkatan kos sara hidup. Kebanyakan daripada mereka, bekerja lebih daripada 40 jam seminggu. Maka hal ini menyebabkan mereka kesuntukan masa untuk menyediakan makanan di rumah untuk ahli keluarga dan memilih restoran sebagai kaedah alternatif untuk makan. Fenomena ini merupakan rutin harian yang dilakukan oleh penduduk bandar. Cuma pada hujung minggu atau waktu senggang sahaja mereka akan masak di rumah. Anak-anak mereka juga telah lali dengan keadaan yang sedemikian dan hidup lebih berdikari kerana ibu bapa sibuk bekerja. Di samping itu, faktor yang menyebabkan masyarakat memilih untuk makan di restoran adalah kerana peningkatan pendapatan dalam keluarga. Peningkatan dalam pendapatan keluarga disebabkan suami dan isteri yang bekerja menyebabkan mereka mempunyai kuasa beli yang tinggi. Keadaan ini secara langsung menyebabkan masyarakat lebih cenderung untuk membeli makanan yang telah sedia ada atau makanan separa siap, yang mana hanya memerlukan masa yang singkat untuk menyediakannya. Seterusnya, faktor yang menyebabkan masyarakat memilih untuk makan di restoran adalah kerana untuk bersosial bersama rakan-rakan. Golongan yang kebiasaannya menjadikan restoran sebagai tempat bersosial atau tempat melepak ialah orang bujang. Mereka kebiasaannya akan duduk berjam-jam lama nya bersama rakan-rakan mereka. Oleh yang demikian, perniagaan restoran memainkan peranan yang amat penting dalam memenuhi kehendak pengguna. Oleh yang demikian, kajian ini dilakukan bagi mengenal pasti faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan memilih untuk makan di restoran. Objektif Kajian 1. Mengenal pasti profil pelanggan restoran di bandar baru Bangi. 2. Mengenal pasti maklumat pelanggan yang mengunjungi restoran. 6 3. Mengenal pasti faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan memilih untuk makan di restoran. Persoalan Kajian 1. Apakah profil pelanggan restoran di bandar baru Bangi? 2. Apakah maklumat pelanggan yang mengunjungi restoran? 3. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan memilih untuk makan di restoran? Kepentingan Kajian Kajian yang dijalankan adalah penting terhadap industri restoran, di mana ia mampu memberi kesan dan panduan kepada pengusaha restoran bagi memajukan lagi perniagaan mereka. Dapatan kajian juga diharap dapat membantu peniaga restoran untuk memahami dengan lebih mendalam kehendak pengguna. Untuk menempuh pasaran yang kompetitif, peniaga restoran perlu berinovatif dan efektif dalam memenuhi kehendak pelanggan yang sentiasa berubah-ubah. Batasan Kajian Terdapat beberapa batasan dalam kajian yang dilakukan. Batasan-batasan tersebut adalah seperti Kekangan Masa Kekangan masa adalah salah satu batasan semasa menyiapkan kajian mini ini. Tempoh masa yang singkat telah mengehadkan kami untuk lebih fokus dan menumpukan perhatian kepada penyelidikan ini kerana kami juga perlu menyiapkan tugasan-tugasan lain. 7 Kekurangan Pengalaman Kajian ini merupakan kajian yang pertama bagi pengkaji. Pengkaji tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang mencukupi dalam menjalankan penyelidikan. Pengkaji mendapati bahawa kajian mengenai perkara ini bukan satu perkara yang mudah kerana ia memerlukan kemahiran statistik dan menganalisis. Hasilnya, keadaan ini memberi kesan kepada hasil kajian ini secara tidak langsung. Kekurangan Kerjasama Kerjasama daripada responden dalam adalah satu perkara yang sukar. Soal – selidik yang diberi, tidak dipulangkan mengikut masa yang ditetapkan. Selain itu, penyertaan daripada pelanggan yang datang ke restoran juga adalah satu perkara rumit kerana kebanyakan daripada mereka enggan untuk mengisi borang soal – selidik kerana tidak mahu identitinya diketahui oleh pihak lain. Selain itu, terdapat pelanggan yang meminta tidak mengganggu mereka kerana mereka ingin menikmati hidangan yang di hadapan mereka. Bandar baru Bangi Kajian yang dijalankan ini hanya di kawasan Bandar Baru Bangi sahaja dan tidak mewakili kawasan seluruh negeri Selangor. Restoran yang terlibat Dalam kajian ini hanya restoran makanan biasa sahaja dipilih iaitu restoran makanan Melayu, restoran India Muslim. Restoran makanan segera tidak terpilih dalam kajian ini. 8 Definisi operational Restoran Menurut Rizki 2006, perkataan restoran berasal daripada bahasa Perancis iaitu „restaurer‟ yang membawa maksud tempat menyediakan makanan. Beliau juga menyatakan bahawa, restoran merupakan suatu perniagaan yang dijalankan dalam sebuah bangunan yang tetap yang dilengkapi dengan peralatan dan kelengkapan dalam melaksanakan proses perniagaan seperti menyimpan, membuat dan menjual makanan dan minuman. Di samping itu, jenis – jenis perkhidmatan yang ditawarkan oleh restoran ini, biasanya mempengaruhi proses keputusan pelanggan dalam memilih makanan yang dikehendaki oleh mereka Marta & Jesus 2001. Pelanggan atau pengguna Pada asasnya, pelanggan merupakan individu – individu yang mengunjungi kepada sesuatu jenis perniagaan demi mendapatkan barangan atau perkhidmatan yang dikehendakinya. Pelanggan merupakan pencipta aktif dalam persekitaran fizikal yang pernah mengalami keadaan tersebut dan memberi makna terhadap pengalaman mereka Walter & Edvardsson 2012. Keadaan ini merupakan, segala keputusan berkaitan dengan persekitaran fizikal ini akan dilakukan oleh pelanggan dan bukannya perniagaan. 9 Bab II TINJAUAN LITERATUR Pengenalan Bahagian ini akan mengemukakan teori-teori dan menyorot kembali kajian-kajian lepas yang berkaitan dengan kajian ini. Pengkaji telah menggunakan pelbagai bahan rujukan sebagai panduan seperti jurnal, buku, keratan akhbar, majalah, tesis, bahan media massa dan bahan bercetak lain. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk membantu pengkaji memahami dan mendalami kajian yang dijalankan. Selain itu, bahagian ini juga akan menerangkan tentang pendekatan dan dapatan yang diperolehi daripada kajian-kajian terdahulu sama ada dari dalam mahupun dari luar negara yang berkaitan dengan kajian yang dijalankan ini. Bab ini juga akan membincangkan tentang kajian-kajian lepas. Bab ini juga akan mendedahkan beberapa kajian ke atas industri restoran dan kualiti perkhidmatan / faktor-faktor pemilihan restoran dan konsep kualiti perkhidmatan. Jenis-jenis restoran Secara umumnya terdapat dua kategori restoran iaitu restoran makanan segera dan perkhidmatan penuh full service. Walaupun penyelidikan sebelum ini mengkaji tentang tingkah laku pelanggan dalam persekitaran restoran dan tidak mengambil kira tentang jenis restoran, namun sebenarnya jenis restoran mempunyai kesan yang besar ke atas kepercayaan pra-pembelian pelanggan dan sikap serta penilaian selepas pembelian. Setiap 10 pelanggan mempunyai harapan dan persepsi pengalaman makan yang berbeza di dalam restoran yang berbeza, mereka juga mungkin mempunyai kriteria pemilihan yang berbeza apabila mereka membuat keputusan di mana untuk makan mengikut pilihan restoran masing-masing. Oleh itu, alasan tertentu untuk memilih jenis restoran juga mungkin berbeza. Secara keseluruhan, restoran perkhidmatan penuh lebih cenderung untuk menarik pelanggan yang mementingkan suasana restoran tersebut manakala restoran makanan segera pula cenderung untuk menarik perhatian pelanggan yang lebih mementingkan manfaat. Sebagai contoh, Lewis dan Dewan 1998 telah mengenal pasti tiga jenis restoran yang berbeza keluarga / popular, suasana, dan restoran gourmet iaitu restoran yang mempunyai hidangan yang sempurna dan berbanding ciri-ciri asas pilihan restoran. Harga menjadi faktor kedua terpenting bagi keluarga yang memilih restoran gourmet iaitu restoran yang mempunyai hidangan sempurna, ini kerana kualiti makanan menjadi faktor utama dalam pemilihan restoran. Faktor pendapatan, umur dan jenis restoran Penentuan di dalam pemilihan kedai makan atau restoran bergantung pada pendapatan seseorang individu, jenis restoran dan umur seseorang. Faktor-faktor suasana seolah-olah merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan bagi individu yang berumur di antara 25 hingga 39 tahun Kivela 1999. Kumpulan-kumpulan ini lebih meminati untuk menikmati suasana sosial yang disediakan oleh sesebuah restoran kerana mereka dapat bersosial bersama-rakan selepas waktu bekerja. Individu yang gemar akan suasana sosial ini lazimnya berumur di antara 25-34 tahun. Menurut Spears 1991 golongan dalam kumpulan ini adalah “yuppies†iaitu golongan profesional muda di bandar antara dua puluh lima hingga tiga puluh sembilan tahun, yang berada dalam kedudukan profesional dan kolej berpendidikan atau pengurusan yang membelanjakan kira-kira $1juta daripada setiap $12 juta di restoran. 11 Bagi golongan yang berumur di antara 45-54 tahun pemilihan mereka pula terhadap restoran adalah berbeza kerana golongan ini lebih cenderung untuk memilih restoran yang mempunyai kualiti makanan, faktor suasana, prestij, keselesaan dan tindakan segera yang diambil oleh pengendali restoran apabila sesuatu aduan dibuat. Bagi golongan berpendapatan tinggi dan pertengahan mereka telah memilih restoran yang mempunyai keselesaan sebagai pilihan utama mereka. Golongan berpendapatan tinggi juga lebih cenderung untuk memilih restoran yang mempunyai kualiti, perkhidmatan yang ditawarkan, prestij, keselesaan, peribadi dan keselesaan. Di samping itu kumpulan pertengahan dan berpendapatan tinggi lebih menyukai restoran “gourmet†iaitu yang bermaksud restoran yang mempunyai hidangan yang sempurna. Menurut kivela 1999, restoran “gourmet†juga merupakan restoran yang berprestij tinggi, mempunyai kualiti makanan yang tinggi yang mana makanannya segar-segar, suasana yang efektif serta keramahan kakitangannya. Kivella 1999 dalam kajiannya menyatakan pemilihan restoran bergantung kepada kualiti makanan dan jenis makanan. Lokasi, prestij, suasana dan kos makanan adalah faktor kritikal dalam proses pemilihan atau penolakan. Jika kesemua faktor ini memenuhi kehendak maka restoran tersebut akan dipilih tetapi jika kurang kriteria yang diingini maka restoran tersebut akan ditolak. Melihat kepada profil cita rasa pelanggan, kualiti makanan adalah merupakan pilihan utama dalam memilih restoran. Dengan menjadikan kualiti makanan sebab utama pelanggan mengunjungi restoran, data menunjukkan bahawa pelanggan meletakkan penekan pada makanan mereka kerana hal ini akan membezakan diri mereka daripada orang lain. Restoran juga boleh bersaing dengan pesaing melalui perkhidmatan yang ditawarkan. Ini kerana apabila pelanggan berpuas hati dengan layanan yang diberikan maka ia akan menjadi satu pengalaman yang bermakna dalam hidup mereka dan terus akan diingati. Menurut, Lewis dan Chambers, 1998 pelanggan lebih suka kepada pengalaman yang mana akan membuatkan hidup mereka lebih gembira dan rasa dihargai. 12 Untuk berjaya dalam perniagaan sasaran pasaran perlulah dikenal pasti terlebih dahulu. Untuk itu strategi pemasaran yang merangkumi aspek 4 “P†telah dikenal pasti. Di dalam 4â€P†mengandungi produk, harga tempat dan promosi yang mana kesemua aspek ini perlu dibangunkan untuk memenuhi kehendak pelanggan. Produk merupakan faktor utama kerana kerana kelebihan yang ada pada sesuatu produk berkeupayaan untuk memenuhi kehendak pelanggan. Menurut Spears 1991 pemasaran atau perkhidmatan yang bagus akan membuatkan hubungan di antara pengusaha dan pelanggan menjadi lebih akrab. Lewis dan Chambers 1998 dalam kajiannya mengatakan tiga komponen utama yang penting adalah produk, perkhidmatan dan persekitaran semasa pelanggan membeli produk hospitaliti. Perkhidmatan merupakan sesuatu yang bukan berbentuk fizikal dan kebiasaannya tidak boleh dilihat. Sebagai contoh, menurut Spears 1991 elemen peribadi yang ditunjukkan oleh pekerja seperti keramahan, kepantasan dan tindak balas merupakan perkara penting dalam perkhidmatan. Sementara itu persekitaran pula merupakan sesuatu yang dapat dirasai oleh pelanggan, kerana persekitaran membabitkan suasana, keselesaan dan seni bina atau reka bentuk. Harga pula merupakan nilai wang yang dibayar sebagai pertukaran kepada produk atau perkhidmatan dan sering digunakan sebagai alat di dalam persaingan. Manakala promosi pula merupakan satu usaha organisasi untuk memujuk, memberitahu dan mengingatkan pengguna tentang perkhidmatan mereka atau produk mereka yang mana biasanya di iklan kan melalui tv, surat khabar, radio internet dan sebagainya. Dalam penghantaran pula, perkhidmatan perlu dibangunkan dengan cara yang sesuai untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Menurut Oh 2000 kualiti dan kepuasan adalah penting kerana selepas pembelian pelanggan akan datang semula di lain masa atau akan merekomen kepada kawan yang lain tentang restoran tersebut. Di samping itu, pelanggan juga akan menilai layanan yang diberikan. Jika pelanggan berpuas hati dengan layanan yang diberikan maka restoran tersebut akan dinilai sebagai restoran yang terbaik dan mempunyai reputasi yang tinggi. 13 Pelanggan restoran kebiasaannya menilai dengan mengambil kira faedah yang akan mereka miliki jika mereka mengunjungi sesuatu restoran. Menurut Oh 2000 kos, masa perjalanan, lokasi kemudahan merupakan faktor utama yang dikaitkan dengan pengorbanan pelanggan. Sementara itu juga dikatakan apabila sesebuah restoran mempunyai kualiti perkhidmatan dan mengetahui apa yang disukai oleh pelanggannya maka tidak mustahil pelanggan tersebut akan datang semula ke restoran tersebut Spears 1991; Ha and Jang 2010 . Dalam kajian lepas didapati bahawa penilaian sesebuah restoran membabitkan lima faktor iaitu kualiti makanan, kepelbagaian menu, harga, suasana dan keselesaan. Clark and Wood, 1999; Sulek and Hensley, 2004; Namkung and Jang, 2007; Ryu et al., 2012; Wright et al. Selain itu tiga lagi faktor yang dicadangkan adalah kualiti perkhidmatan, kualiti produk, dan suasana yang dianggap sebagai kualiti yang utama kepada sesebuah restoran. Daripada kajian lepas yang di jalankan didapati bahawa ciri sosio-demografi adalah aspek utama dalam pemilihan sesuatu restoran makanan. Sebagai contoh, satu kajian mendapati bahawa pelanggan yang lebih tua lebih prihatin tentang kesihatan mereka dan kualiti makanan dan ini telah dikenal pasti sebagai faktor penting. Menurut Soriano 2002 menyatakan bahawa kualiti makanan tidak begitu penting kepada pelanggan muda, namun kepada pelanggan yang berumur lebih daripada 60 tahun ia adalah begitu penting dalam menentukan kepuasan mereka. Perbezaan di antara jantina juga dikaji. Ciri-ciri utama yang berbeza di antara pengguna wanita dan lelaki ialah melibatkan produk atau jenama. Menurut kivela 1997 menyatakan pelanggan yang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi memilih keselesaan sebagai penentu pemilihan mereka. Konsep kualiti perkhidmatan servqual Dalam industri perkhidmatan, kualiti perkhidmatan adalah begitu penting kerana ia bertindak untuk memenuhi keinginan pelanggan. Untuk memastikan perkhidmatan yang 14 ditawarkan adalah berkesan dan memenuhi keinginan pelanggan, sesebuah restoran perlu menyelidik tentang perkhidmatan yang diberikan sama ada pelanggan berpuas hati atau tidak. Terdapat beberapa model yang mengukur kualiti perkhidmatan dan kepuasan pelanggan. Salah satu model yang popular yang digunakan dalam kebanyakan kajian adalah model SERVQUAL yang dibangunkan oleh 1985. Dalam model ini, ciri-ciri yang diingini perkhidmatan yang diukur berdasarkan skala SERVQUAL. Terdapat 200 ciri-ciri kualiti perkhidmatan telah diperoleh. 1985 menentukan kualiti perkhidmatan melalui 10 dimensi yang jumlahnya telah disimpulkan menjadi 5 pada tahun 1998. 5 dimensi SERVQUAL adalah 1 Nyata - kemudahan fizikal, peralatan dan penampilan premis serta kakitangan. -Contoh, penampilan kakitangan serta kesesuaian perhiasan dan susunan tempat duduk. 2 Kebolehpercayaan - keupayaan untuk melaksanakan perkhidmatan yang dijanjikan. Jangan sekali-kali memungkiri janji tetapi perlu sentiasa menepati janji. -Kebolehpercayaan meliputi perkara-perkara seperti menyediakan tempat khas kepada pelanggan yang telah menempah meja serta menyediakan makanan dalam masa yang ditetapkan. 3 Responsif - kesediaan pekerja untuk menyediakan perkhidmatan yang cepat dan layanan yang segera kepada pelanggan. -Memenuhi permintaan pelanggan dan memberitahu masa yang perlu ditunggu oleh pelanggan tersebut sebelum makanan dihidangkan. 4 Keyakinan – yakin terhadap kebolehan pekerja di dalam melaksanakan tugasan yang diberikan. -Memberi latihan kepada pekerja dalam penggunaan alat-alat, pengetahuan tentang proses perkhidmatan mereka dan cara berinteraksi dengan pelanggan, 15 5 Empati merujuk kepada pemilik restoran mengambil berat dan memberi perhatian kepada pelanggan dan pekerjanya. Kualiti perkhidmatan Kebanyakkan pengkaji di dalam industri hospitaliti mengatakan kualiti perkhidmatan adalah sebagai perkara yang kritikal. Maksud kualiti perkhidmatan ialah penilaian pelanggan terhadap sesuatu produk secara keseluruhan Zaithaml 1998. Kualiti produk juga dikatakan mempunyai kesan ke atas pelanggan dalam membuat pilihan Bruck et. al 2000. Ini kerana pelanggan akan memilih produk yang berkualiti tinggi sebagai keutamaan mereka. Lapan dimensi kualiti produk telah diperkenalkan oleh Gravin 1987 seperti berikut ciri-ciri, kebolehpercayaan, kesesuaian, ketahanan, kebolehan memberi perkhidmatan, estetika, dan kualiti. Menurut Siguaw & Enz 1999 dalam industri restoran makanan kualiti produk dikenal pasti sebagai bahagian yang penting. kualiti makanan boleh dibahagikan kepada empat bahagian iaitu, keselamatan makanan, nutrisi, nilai makanan dan bungkusan makanan Henson dan Trail 1993. Yuksel 2002 dalam kajiannya mendapati kualiti produk dianggap sebagai faktor penentu dalam memenuhi kepuasan kepada makanan yang dimakan. Soriano 2002 mengkategorikan perkhidmatan makanan berkualiti mempunyai empat perkara iaitu ï‚ Kualiti makanan kepelbagaian menu, makanan yang diubahsuai inovasi, kesegaran bahan-bahan dan makanan yang konsisten. o Kualiti makanan menurut Brumback 1998; Soriano, 2002 makanan yang mempunyai kualiti yang tinggi serta mempunyai bahan-bahan yang segar adalah penting kerana ia merupakan sebab utama pelanggan datang semula ke restoran tersebut. Di samping itu juga perkara utama yang dinilai oleh pelanggan berkaitan kualiti makanan adalah bentuk atau rupa makanan yang dihidangkan kepada mereka Bowen dan Morris 1995. 16 ï‚ Kualiti dalam perkhidmatan peralatan, pakaian pekerja, budi bahasa serta kesopanan pekerja, masa menunggu sebelum duduk, masa menunggu makanan dihidangkan, masa menunggu sebelum membayar bil. o Kualiti perkhidmatan Soriano 2002 dalam kajiannya mengatakan pada masa kini pelanggan lebih mementingkan kualiti perkhidmatan. Menurut Ursin 1996 pekerja yang diberi kuasa perlu melayan pelanggan sebaik mungkin. Oleh itu, dijangka jika kualiti perkhidmatan dan kualiti makanan yang diberikan adalah yang terbaik maka tidak mustahil pelanggan tersebut akan kembali semula dan seterusnya menjadi pelanggan yang tetap kepada sesebuah restoran. ï‚ Harga munasabah atau berpatutan o Harga makanan/nilai hidangan kebiasaannya pelanggan akan mementingkan kualiti perkhidmatan serta keenakan makanan yang dihidangkan supaya ia berbaloi wang yang dibayar oleh mereka klara 2001. Untuk bersaing dalam pasaran pada masa kini, pengusaha restoran perlu memberi menghargai pelanggan selain daripada makanan enak dan kualiti yang baik. ï‚ Tempat / lokasi suasana mestilah efektif atau selesa, bilik air mestilah bersih, perkhidmatan telefon dan mempunyai tempat letak kereta. o Tempat/lokasi menurut Horeco, 2000 suasana dilihat boleh memberikan daya saing. Pada masa kini reka bentuk dan konsep adalah amat penting Belman 1996. Dulen 1998 dalam kajiannya mengatakan suasana yang selesa meningkatkan pelanggan datang ke restoran. Pengusaha restoran 17 perlu melabur wang untuk meningkatkan rupa bentuk restoran mereka. Menurut Goldstein, 1998; Soriano 2002 perkara utama untuk menarik perhatian pelanggan adalah melalui pengalaman baru yakni melalui pengubahsuaian yang dilakukan. Kepuasan pelanggan Customer Satisfaction Kualiti perkhidmatan merupakan faktor utama terhadap kepuasan pelanggan Fullerton, 2005; Ha and Jang, 2010a, b; Zeithaml et al., 1996; Chen dan Hu, 2010. Menurut McColl-Kennedy, Schneider 2000; Reichheld dan Sasser 1990 pula, kepuasan pelanggan adalah penting untuk menjadikan sesebuah restoran berjaya. Grey dan Twett 2004 dalam kajiannya mengatakan kepuasan pelanggan berdasarkan empat perkara iaitu 24%persekitaran ,30% makanan ,26% perkhidmatan dan harga 21%. Manakala Mill 2004 mengatakan sembilan perkara yang diharapkan oleh pelanggan adalah kualiti perkhidmatan, penyediaan tempat letak kenderaan, kualiti makanan, persediaan yang memuaskan, waktu yang sesuai, pekerja yang peramah, harga yang berpatutan, kebersihan premis, makanan yang selamat untuk dimakan dan bertindak balas dengan aduan yang dibuat oleh pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat dikenal pasti apabila pelanggan tersebut berpuas hati dengan layanan yang diberikan serta menambah makanannya dan merekomen restoran tersebut kepada rakan-rakan nya yang lain Zenithal et. al 1993. Peningkatan 5% pelanggan yang setia akan meningkatkan keuntungan sebanyak 25% Cacippo 2000. Seorang pelanggan yang sangat berpuas hati adalah 6 kali lebih cenderung untuk menjadi pelanggan yang setia. Zeithmal dan Bitner 1996 dalam kajiannya percaya bahawa kepuasan pelanggan bergantung pada kualiti perkhidmatan, kualiti produk, harga, faktor peribadi. 18 Menurut Almanza 1994; Johns dan Tyas, 1996 kepuasan pelanggan dilihat positif apabila mereka datang semula atau menjadi pelanggan tetap. Menurut Anderson 1994 ; Bojanic 2007; Gilbert 2004; Knutson, 2000 harga yang munasabah atau berpatutan adalah faktor penting untuk pelanggan berpuas hati kerana pelanggan menilai perkhidmatan berdasarkan harga yang dibayar oleh mereka. Rumusan Secara keseluruhannya, bab ini telah membincangkan dengan lebih terperinci tentang factor-faktor pemilihan restoran dan konsep kualiti perkhidmatan. Maklumat-maklumat yang diperoleh ini dapat menyokong dapatan kajian kelak. 19 BAB III METODOLOGI Pengenalan Dalam sesuatu kajian penyelidikan, kaedah atau metodologi merupakan faktor yang penting bagi membolehkan keputusan yang diperolehi mempunyai kesahan dan kebolehpercayaan yang tinggi. Oleh itu, pendekatan cara persampelan dan penganalisisan data yang digunakan perlu dikenal pasti agar ia bersesuaian dengan objektif kajian yang telah digariskan kerana kegagalan menggunakan kaedah pengumpulan data atau metodologi kajian yang sesuai dan berkesan boleh menghasilkan maklumat yang tidak tepat, kabur dan boleh menyebabkan beban maklumat Mohd Majid dalam Maarof, 1997. Bahagian ini akan menerangkan kaedah atau pendekatan penyelidikan yang digunakan untuk mengumpul dan menganalisis data bagi mencapai objektif kajian. Penerangan adalah meliputi aspek reka bentuk kajian, kaedah persampelan, ujian kebolehpercayaan, kaedah pengumpulan data dan kaedah penganalisisan data yang digunakan. Reka Bentuk Kajian Reka bentuk kajian merupakan satu perancangan yang membolehkan pengkaji menjalankan kajiannya. Reka bentuk kajian juga merupakan aspek perancangan atau strategi yang penting digunakan untuk melakukan sesuatu kajian Ahmad 2004; Jamil 20 2002; Wiersma 2000. Wiersma 2000 dan Chua 2006 mengukuhkan kenyataan tersebut dengan menjelaskan reka bentuk kajian disediakan bertujuan untuk menyediakan jawapan kepada persoalan kajian dan ditentukan oleh tujuan kajian yang ditetapkan oleh seseorang pengkaji. Menurut mereka lagi, setiap kajian yang dilaksanakan dapat menjelaskan variasi yang boleh dibuktikan melalui pelbagai cara. Pandangan ini disokong oleh Wisma dan Jurs 2005 yang mengatakan reka bentuk kajian yang baik dapat membantu kefahaman dan mentafsir keputusan kajian serta memastikan pengkaji memperoleh hasil yang dapat digunakan. Ia juga bermakna bagaimana pengkaji menentukan pemboleh ubah dan cara bagaimana pemboleh ubah itu dikendalikan. Reka bentuk kajian menyediakan satu rangka kerja yang menerangkan bagaimana data dikutip dan dianalisis. Reka bentuk kajian juga melibatkan elemen-elemen seperti menerangkan hubungan antara pemboleh ubah-pemboleh ubah kajian, menggeneralisasikan sesuatu kumpulan yang dijadikan sebagai bahan dan memahami tingkah laku sesuatu objek dalam situasi sosial yang khusus Bryman 2001. Dalam kajian ini, pengkaji telah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif melibatkan maklumat yang bersifat soalan senarai semak terhadap sesuatu fenomena Cresswell 2001. Pendekatan kuantitatif adalah merupakan jenis penyelidikan pendidikan yang mana pengkaji menentukan apa yang hendak dikaji, menanyakan persoalan yang khusus dan sempit, mengumpulkan data dalam bentuk angka dari responden yang kemudiannya dianalisis dengan menggunakan statistik dan mengendalikan penyiasatan yang tidak berat sebelah bagi memenuhi keperluan objektif kajian Cresswell 2005; Chua2006. Manakala masalah kajian dinyatakan dalam bentuk hipotesis. Pengkaji tidak menggunakan pendekatan kualitatif dalam kajian ini kerana kajian ini berbentuk kajian tinjauan dan masalah kajian dinyatakan dalam bentuk hipotesis. Menurut Chua 2006 kajian kualitatif mempunyai bilangan sampel yang kecil sahaja, menggunakan triangulasi data untuk meningkatkan kebolehpercayaan kajian. Berbanding dengan kajian ini yang menggunakan pendekatan kuantitatif di mana sampel yang 21 digunakan adalah besar dan tidak menggunakan triangulasi data untuk meningkatkan kebolehpercayaan. Kajian ini merupakan kajian tinjauan. Menurut Mohd Majid 2005 reka bentuk kajian tinjauan bertujuan untuk mengumpul maklumat dan mengukur mengenai pemboleh ubah-pemboleh ubah yang berkaitan dengan fenomena tanpa menyoal mengapa pemboleh ubah tersebut wujud. Kajian tinjauan adalah sangat berguna kerana ia memberi maklumat deskriptif dan inferensi Cohen et. al 2001. Selain daripada itu, kajian tinjauan mempunyai darjah kebolehpercayaannya tinggi, kos yang murah dan jangka masa yang diperlukan untuk melaksanakannya adalah singkat Uma Sekaran, 2003. Oleh itu, berdasarkan pendapat-pendapat ini, pengkaji telah memilih kaedah kuantitatif yang berbentuk tinjauan. Untuk mencapai tujuan kajian, data dikumpul menggunakan soal selidik sebagai alat kajian. Data yang dikutip seterusnya dianalisis secara deskriptif dan inferensi berdasarkan objektif kajian. Kajian yang dilakukan merupakan kajian sampel dan reka bentuk ini dipilih kerana bersesuaian dengan tujuan kajian. Di samping itu, reka bentuk kajian yang telah dirancang dengan rapi dan teratur dapat membantu pengkaji mendapatkan maklumat dan data yang diperlukan untuk kajian ini. Kerangka Konsep Kajian Kajian ini memfokuskan tentang faktor-faktor yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan di Bandar Baru Bangi. Kerangka konsep kajian dapat diterangkan seperti berikut 22 Rajah Model Kajian Rajah merupakan kerangka konsep kajian yang menunjukkan hubungan di antara pilihan pelanggan terhadap restoran dan pemboleh ubah tak bersandar iaitu kualiti makanan, kualiti perkhidmatan, kos / harga makanan dan tempat / keadaan fizikal restoran. Model kajian ini di adaptasi daripada Norazilawati 2011. Populasi dan Sampel Kajian Populasi bagi kajian ini ialah pelanggan yang kerap datang ke restoran untuk makan, sama ada, sarapan pagi, makan tengah hari, minum petang atau makan malam. Sampel kajian pula merupakan, pelanggan yang hadir ke restoran di sekitar Bandar Baru Bangi, Selangor. Bandar Baru Bangi dipilih sebagai lokasi untuk menjalankan kajian kerana kawasan ini mempunyai responden dengan latar belakang demografi yang berbeza. Penduduk di kawasan Bandar Baru Bangi terdiri daripada latar belakang pendidikan dan sosial yang berbeza seperti pelajar institut pengajian tinggi, doktor, guru, dan lain-lain lagi yang boleh memberikan data yang pelbagai diperoleh.. Kos hidup di kawasan ini adalah berada pada tahap sederhana hingga tinggi. Faktor-faktor pemilihan restoran 1. Kualiti Makanan 2. Kualiti Perkhidmatan 3. Kos / Harga Makanan 4. Tempat / Keadaan Fizikal Restoran Restoran Sebagai Pilihan Tempat Makan Oleh Pelanggan Faktor Demografi 1. Jantina 2. Umur 3. Bangsa 4. Status perkahwinan 5. Pendapatan sebulan 6. Tahap pendidikan 23 Selain itu, kebanyakan responden merupakan pelajar dan orang dewasa yang bekerja yang mana golongan ini memilih untuk makan di restoran. Bilangan sampel kajian adalah sebanyak 50 orang. Instrumen Kajian Mohd Najib 1998 menyatakan instrumen kajian digunakan dalam kajian untuk mengumpulkan maklumat seperti penggunaan borang soal selidik dan protokol temu bual. Dalam kajian ini, instrumen soal selidik dipilih. Soal selidik telah diadaptasi berdasarkan model SERVQUAL Parasuraman yang mengukur kualiti perhidmatan yang dilihat oleh pelanggan. Sampel pelanggan yang dipilih adalah, pelanggan yang hadir untuk makan tengah hari atau makan malam di restoran. Soal selidik akan diberikan kepada pelanggan yang telah menempah makanan dan menunggu untuk makanan tersebut dihidangkan. Mereka akan menyiapkan dan kembalikan soal selidik tersebut sebelum mereka meninggalkan restoran tersebut. Instrumen soal selidik yang digunakan dalam kajian ini terdiri daripada tiga bahagian iaitu bahagian A,B, dan C. Bahagian A mengandungi maklumat diri responden, bahagian B pula mengenai maklumat kekerapan kunjungan ke restoran dan bahagian C pula tentang faktor-faktor yang mendorong responden memilih untuk makan di restoran. Dalam bahagian C juga skala “Likert 5-point†digunakan, di mana responden diminta untuk membulatkan tahap persepsi mereka dalam skala “Likert†dari 1 sangat tidak setuju hingga 5 sangat setuju. Jadual di bawah menunjukkan skala “Likert†24 Item dalam bahagian ketiga, boleh diklasifikasikan kepada empat komponen berikut 1. Kualiti Makanan contoh rasa, kepelbagaian makanan, bahan-bahan segar, persembahan makanan 2. Kualiti Perkhidmatan contoh pelayan yang berpengetahuan dan prihatin, responsif dan masa menunggu 3. Harga dan Kos Makanancontoh harga, nilai untuk wang, bahagian atau kuantiti makanan 4. Tempat atau Keadaan Fizikal Restoran contoh kebersihan, hiasan kedai, kemudahan dan berdekatan Analisis Data Pelbagai kaedah statistik telah digunakan daripada Pakej Statistik untuk Sains Sosial SPSS versi untuk tujuan menganalisis data dan menguji hipotesis. Ini termasuklah statistik deskriptif untuk menerangkan profil responden, maklumat kunjungan ke restoran dan faktor-faktor yang mendorong pelanggan memilih restoran. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif iaitu kekerapan, peratus, min, nilai dan sisihan piawai bagi semua pemboleh ubah akan dikira. Tujuan analisis ini adalah untuk mempersembahkan data-data mentah dalam bentuk mudah difahami. Tahap penerimaan kebolehpercayaan harus diambil kira. 25 Jadual Interpretasi Julat Skor Min Sumber Alias Baba 1999 Kajian Rintis Kesahan dan kebolehpercayaan Kesahan sesuatu ujian atau instrumen merujuk kepada sejauh mana ujian atau instrumen dapat mengukur data atau apa yang sepatutnya diukur Jackson 2003. Kesahan juga merujuk kepada nilai korelasi antara pengukuran dengan nilai yang sebenar sesuatu pemboleh ubah. Jika pengukuran yang dibuat tepat pada nilai sebenar sesuatu pemboleh ubah, nilai korelasinya adalah tinggi dan penyelidikan tersebut mempunyai kesahan yang tinggi Chua 2006. Menurut Jamil 2002, kesahan sesuatu instrumen soal selidik boleh diukur melalui hubungan atau korelasi antara jumlah skor dengan setiap item berkenaan. Kebolehpercayaan sesuatu ujian pula merujuk kepada kestabilan dan ketekalan dalaman instrumen dalam mengukur sesuatu konsep. Menurut Mohd Majid 2000, nilai Cronbach Alpha yang melebihi sering digunakan sebagai indeks kebolehpercayaan dalam sesuatu penyelidikan. Pendapat ini menyokong kenyataan Sekaran 2000 bahawa nilai Cronbach Alpha antara hingga dianggap pada tahap kebolehpercayaan yang baik, manakala nilai kebolehpercayaan Cronbach Alpha kurang daripada adalah dianggap rendah dan tidak boleh diterima. Nilai Cronbach Alpha yang terlalu tinggi pula berkemungkinan item soalan adalah serupa atau bertindih antara satu sama lain Chua 2006. Nilai kebolehpercayaan bagi kajian rintis ini ialah bertepatan dengan 26 pengkaji lepas iaitu Mohd Majid 2000 dan Sekaran 2000 yang mengatakan nilai Cronbach Alpha ke atas adalah tahap kebolehpercayaan yang baik. Oleh itu nilai Cronbach Alpha bagi kajian rintis ini boleh diterima. Rumusan Kajian ini melibatkan beberapa kaedah untuk mengumpul dan menganalisis data bagi menepati objektif dan matlamat kajian. Data yang diperolehi daripada data primer dan data sekunder telah dibuat penganalisisan secara kuantitatif. Bagi kajian ini, pengkaji menggunakan kaedah pensampelan tidak rawak. Seterusnya, Bab 4 akan membincangkan dapatan kajian melalui proses penganalisisan data. 27 BAB IV DAPATAN KAJIAN Pengenalan Bab ini akan mengemukakan keputusan dan penemuan yang diperolehi dari hasil kajian yang telah dijalankan melalui 50 soal selidik yang telah dikembalikan oleh responden. Penganalisisan data dan pembentangan hasil kajian adalah berdasarkan beberapa objektif yang telah dibentuk seperti di bab 1. Jadual 1 Demografi Responden 28 Jadual 1 menunjukkan profil demografi 50 responden penduduk Bangi yang terdiri daripada 38 peratus lelaki dan 62 peratus perempuan. Dari aspek umur pula, 60 peratus responden berumur 20 hingga 29 tahun, 18 peratus responden berumur 30 hingga 39 tahun, 16 peratus responden berumur 40 hingga 49 tahun dan hanya 6 peratus responden berumur 50 tahun dan ke atas. Berdasarkan bangsa pula, 80 peratus responden adalah kaum Melayu berbanding kaum Cina dan India hanya 6 dan 8 peratus. Manakala responden bagi kaum lain-lain ialah 6 peratus. Berdasarkan status perkahwinan pula, 60 peratus responden adalah bujang, 32 peratus responden adalah berkahwin dan hanya 4 peratus responden adalah bercerai dan janda atau duda. Dari segi pendapatan pula, 50 peratus responden yang berpendapatan kurang RM2000, 28 peratus responden yang berpendapatan RM2000 hingga RM3999, 20 peratus responden yang berpendapatan RM4000 hingga RM6000 dan 2 peratus responden 29 yang berpendapatan lebih RM6000. Dari aspek tahap pendidikan pula, 2 peratus responden yang berpendidikan sekolah rendah, 12 peratus responden yang berpendidikan sekolah menengah, 14 peratus responden yang berpendidikan diploma atau setaraf dan 72 peratus responden yang mempunyai tahap pendidikan ijazah dan ke atas. Jadual 2 Frekuensi dan peratus kekerapan makan di restoran Jadual 2 menunjukkan frekuensi dan peratus kekerapan makan di restoran oleh responden. Sebanyak 36 peratus responden yang makan di restoran pada setiap hari, 30 peratus responden yang makan di restoran pada sekali seminggu, 28 peratus responden yang makan di restoran pada sekali sebulan dan hanya 6 peratus responden yang makan di restoran pada sekali dalam tiga bulan. Jadual 3 Frekuensi dan peratus kekerapan sehari masak makanan di rumah Jadual 3 menunjukkan frekuensi dan peratus kekerapan sehari masak makanan di rumah oleh responden. Sebanyak 56 peratus responden yang mempunyai kekerapan 0 hingga 1 kali sehari masak makanan di rumah dan sebanyak 36 peratus responden yang mempunyai kekerapan 2 hingga 3 kali sehari masak makanan di rumah. Manakala peratus Kekerapan makan di restoran Kekerapan sehari masak makanan di rumah 30 responden yang mempunyai kekerapan 4 kali dan lebih sehari masak makanan di rumah hanya 14 peratus sahaja. Jadual 4 Frekuensi dan peratus faktor penting memilih untuk makan di restoran Faktor penting memilih untuk makan di restoran Tempat / Persekitaran restoran Jadual 4 menunjukkan frekuensi dan peratus faktor penting memilih untuk makan di restoran. Sebanyak 34 peratus responden yang memilih faktor makanan sebagai faktor penting memilih untuk makan di restoran berbanding hanya 12 peratus responden sahaja yang memilih faktor perkhidmatan sebagai faktor penting memilih untuk makan di restoran. Manakala sebanyak 24 peratus responden yang memilih faktor kos atau harga makanan sebagai faktor penting memilih untuk makan di restoran dan sebanyak 30 peratus responden pula yang memilih faktor tempat atau persekitaran restoran sebagai faktor penting memilih untuk makan di restoran. Jadual 5 Frekuensi dan peratus bagi kos belanja makan di restoran Kos belanja makan di restoran Jadual 5 menunjukkan frekuensi dan peratus bagi kos belanja makan di restoran oleh responden. Sebanyak 36 peratus responden yang belanja makan di restoran kurang dari RM10 dan sebanyak 40 peratus responden yang belanja makan di restoran antara RM11 31 hingga RM20. Manakala sebanyak 16 peratus responden yang belanja makan di restoran antara RM21 hingga RM30 dan hanya 8 peratus responden sahaja yang belanja makan di restoran lebih daripada RM30. Jadual 6 Frekuensi dan peratus tujuan memilih makan di restoran Tujuan memilih makan di restoran Jadual 6 menunjukkan frekuensi dan peratus tujuan memilih makan di restoran oleh responden. Sebanyak 4 peratus responden yang memilih perniagaan untuk tujuan makan di restoran dan sebanyak 40 peratus responden yang memilih makanan ringkas untuk tujuan makan di restoran. Manakala sebanyak 36 peratus responden yang memilih bersosial untuk tujuan makan di restoran dan sebanyak 20 peratus responden pula yang memilih perhimpunan keluarga untuk tujuan makan di restoran. Jadual 7 Analisis skor min, sisihan piawai dan tahap faktor-faktor yang mendorong responden memilih untuk makan di restoran Faktor-faktor yang mendorong responden memilih untuk makan di restoran Makanan yang sedap dan lazat adalah faktor yang amat penting bagi pelanggan restoran. Kepelbagaian makanan yang tersenarai di dalam menu adalah satu keutamaan. Pilihan minuman yang banyak membuatkan saya mahu mencuba hampir kesemuanya. Kesegaran bahan dan ramuan menjadi perhatian saya bila mahu makan di sesebuah restoran. 32 Saya menyukai persembahan hidangan yang menarik dan menyelerakan. Pelayan restoran yang berpengetahuan dan prihatin adalah aset yang bernilai bagi kejayaan sesebuah restoran. Setiap kali ke restoran, saya mengharapkan sambutan yang mesra dari staf restoran yang peramah dan mesra. Tindakan dan respon yang cepat dan segera dari pelayan akan memastikan pelanggan kembali mengunjungi restoran. Saya tidak suka menanti dalam tempoh yang lama untuk mendapat makanan yang telah dipesan. Tindak balas segera terhadap kehendak pelanggan amat perlu diberi perhatian oleh pengusaha restoran. Saya selalu memilih restoran yang menawarkan harga yang berpatutan ke atas makanan dan minuman yang bagus. Makanan yang disediakan mestilah berbaloi dengan nilai wang yang dibayar. Saya akan berpuas hati jika makanan yang dipesan dihidangkan dalam kuantiti yang banyak. Harga yang murah bagi makanan adalah penting walaupun rasanya tidak sedap. Harga yang berpatutan adalah faktor penting yang dipertimbangkan dalam memilih restoran. Kebersihan fizikal sesebuah restoran adalah penting untuk menarik pelanggan mengunjungi restoran. Perhiasan luaran dan dalaman yang menarik mempengaruhi saya untuk menikmati makanan di restoran. Kemudahan seperti tempat letak kereta, tandas, dan hiburan seperti muzik, wifi internet, dan karaoke menarik perhatian saya. Saya selalunya akan pergi ke restoran yang berdekatan dengan rumah atau pejabat saya. 33 Jadual 7 menunjukkan analisis skor min, sisihan piawai dan tahap faktor-faktor yang mendorong responden memilih untuk makan di restoran. Responden turut bersetuju bahawa makanan yang sedap dan lazat adalah faktor yang amat penting bagi pelanggan restoran dengan skor min yang tertinggi Responden sangat mementingkan kelazatan makanan kerana makanan yang sedap boleh menarik minat responden untuk datang lagi sekali ke restoran berkenaan dan sekiranya tekstur makanan tidak sedap menyebabkan responden tidak akan datang lagi ke restoran berkenaan. Di samping itu, responden juga bersetuju bahawa harga yang berpatutan adalah faktor penting yang dipertimbangkan dalam memilih restoran dengan skor min yang tinggi Harga yang berpatutan ialah harga yang tidak mahal dan tidaklah murah sangat selaras dengan tahap kemampuan responden. Ini bermakna semua responden tidak kira yang berpendapatan rendah mampu untuk memilih makan di restoran berkenaan. Manakala terdapat juga responden yang bersetuju bahawa pilihan minuman yang banyak membuatkan saya mahu mencuba hampir kesemuanya dengan skor min yang sederhana Terdapat sebilangan responden yang datang ke restoran dengan hanya mahu minum air sahaja. Ini bermakna pilihan minuman juga mempengaruhi responden untuk datang ke restoran berkenaan. Sekiranya terdapat banyak pilihan minuman seperti jus, minuman panas, minuman bergas dan ice blended yang disediakan oleh pihak restoran, ianya boleh menyebabkan responden akan datang berkali-kali ke restoran berkenaan. Rumusan Secara keseluruhannya, bab ini telah menganalisis tentang profil responden, kekerapan mengunjungi restoran dan faktor-faktor yang menyebabkan responden memilih untuk makan di restoran. Bab V akan membincangkan kesimpulan daripada kajian ini. 34 BAB V KESIMPULAN DAN CADANGAN Pengenalan Perbincangan dalam bahagian ini akan merumuskan hasil kajian secara keseluruhan berdasarkan kepada objektif kajian yang telah dibentuk dalam Bab I. Oleh yang demikian, pelbagai jadual yang dinyatakan dalam Bab IV akan di rujuk semula dalam bahagian ini. Bahagian ini juga akan menyenaraikan beberapa cadangan yang sesuai kepada pihak-pihak yang berkenaan bagi membantu pengusaha restoran memperkembangkan lagi perniagaan mereka Perbincangan Kajian Perbincangan kajian ini akan dibuat berdasarkan objektif kajian seperti di bab 1 iaitu 1. Mengenal pasti profil pelanggan restoran di Bandar Baru Bangi. 2. Mengenal pasti maklumat pelanggan yang mengunjungi restoran. 3. Mengenal pasti faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan memilih untuk makan di restoran. 35 Profil pelanggan restoran di bandar Baru Bangi Profil bagi pelanggan lelaki dan wanita di bandar baru bangi adalah terdiri daripada 38 peratus lelaki dan 62 peratus perempuan. Ini kerana majoriti penduduk bandar baru bangi adalah terdiri daripada wanita. Maka disebabkan itu peratusan mereka adalah tinggi. Dari aspek umur pula, 60 peratus responden berumur 20 hingga 29 tahun, 18 peratus responden berumur 30 hingga 39 tahun, 16 peratus responden berumur 40 hingga 49 tahun dan hanya 6 peratus responden berumur 50 tahun dan ke atas. Hal ini menunjukkan golongan remaja dan dewasa mempunyai peratusan yang tinggi. Ini mungkin disebabkan rutin kehidupan mereka yang gemar melepak di restoran-restoran selepas waktu bekerja hingga ke lewat malam bersama rakan-rakan. Golongan yang berumur 30 hingga 39 pula menduduki peratusan kedua tertinggi. Golongan ini dikatakan gemar ke restoran untuk membincangkan tentang perniagaan yang jalankan dengan pelanggan client‟s mereka. Golongan yang berumur 40 hingga 49 tahun kurang mengunjungi restoran mungkin disebabkan tanggungjawab mereka yang banyak di rumah seperti menguruskan anak-anak dan sebagainya. Golongan yang paling kurang mengunjungi restoran adalah yang berumur 50 tahun ke atas. Hal ini disebabkan oleh faktor kesihatan yang tidak menentu. Justeru itu, mereka hanya lebih cenderung untuk berehat di rumah sahaja. Berdasarkan bangsa pula, 80 peratus responden adalah kaum Melayu berbanding kaum Cina dan India hanya 6 dan 8 peratus. Manakala responden bagi kaum lain-lain ialah 6 peratus. Dari aspek bangsa pula, majoriti yang mengunjungi restoran di bandar Baru Bangi adalah kaum Melayu. Hal ini kerana majoriti penduduk di kawasan Bandar Baru Bangi adalah kaum Melayu. Oleh itu jumlah mereka yang mengunjungi restoran adalah sangat tinggi berbanding kaum lain. Manakala peratusan bagi kaum Cina, India dan lain-lain adalah sedikit sahaja yang mengunjungi restoran. Hal ini kerana populasi mereka adalah kecil di Bandar Baru Bangi. 36 Berdasarkan status perkahwinan pula, 60 peratus responden adalah bujang, 32 peratus responden adalah berkahwin dan hanya 4 peratus responden adalah bercerai dan janda atau duda. Orang bujang dikatakan lebih cenderung mengunjungi restoran kerana mereka berasa bosan duduk di rumah selepas waktu bekerja. Justeru itu, mereka keluar untuk bertemu rakan-rakan di restoran sambil menonton perlawanan bola sepak. Golongan kedua yang kerap mengunjungi restoran adalah golongan yang telah berkahwin. Ini kerana mereka kesuntukan masa untuk memasak di rumah kerana kebiasaannya pada masa kini suami dan isteri keluar bekerja untuk mencari nafkah dan meningkatkan pendapatan keluarga. Golongan yang paling kurang mengunjungi restoran adalah orang yang bercerai, duda dan janda. Golongan ini dikatakan minoriti kerana mereka mempunyai tanggungjawab yang lebih besar di rumah iaitu mengasuh anak-anak kerana mereka merupakan ketua keluarga selepas ketiadaan suami. Dari segi pendapatan pula, 50 peratus responden yang berpendapatan kurang RM2000, 28 peratus responden yang berpendapatan RM2000 hingga RM3999, 20 peratus responden yang berpendapatan RM4000 hingga RM6000 dan 2 peratus responden yang berpendapatan lebih RM6000. Responden yang berpendapatan kurang RM 2000 gemar mengunjungi restoran kerana mereka mempunyai banyak masa yang lapang. Golongan ini juga memperoleh pendapatan kurang daripada RM 2000 kerana mereka di katakan bekerja dalam sektor bawahan. Justeru itu, mereka mempunyai banyak masa terluang. Golongan yang mempunyai pendapatan RM4000 hingga RM 6000 dilihat kurang mengunjungi restoran. Ini kerana mereka sibuk menguruskan perniagaan atau bekerja lebih masa kerana komitmen yang tinggi. Golongan ini kebiasaannya bekerja dalam sektor atasan seperti pensyarah, usahawan, guru, peguam, doktor dan sebagainya. Dari aspek tahap pendidikan pula, 2 peratus responden yang berpendidikan sekolah rendah, 12 peratus responden yang berpendidikan sekolah menengah, 14 peratus responden yang berpendidikan diploma atau setaraf dan 72 peratus responden yang mempunyai tahap pendidikan ijazah dan ke atas. Dari aspek pendidikan pula golongan yang berpendidikan sekolah rendah kurang mengunjungi restoran. Hal ini kerana 37 pendapatan yang mereka peroleh adalah tidak seberapa kerana mereka kebiasaannya bekerja di sektor bawahan kerana tidak memiliki kelayakan akademik yang tinggi. Responden yang mempunyai tahap pendidikan ijazah dan ke atas merupakan golongan yang paling banyak mengunjungi restoran. Ini disebabkan oleh kuasa beli mereka yang tinggi kerana bekerja dalam sektor atasan atau bidang profesional. Mengenal pasti maklumat pelanggan yang mengunjungi restoran. Sebanyak 36 peratus responden yang makan di restoran pada setiap hari, 30 peratus responden yang makan di restoran pada sekali seminggu, 28 peratus responden yang makan di restoran pada sekali sebulan dan hanya 6 peratus responden yang makan di restoran pada sekali dalam tiga bulan. Jika dilihat 36 peratus responden yang makan di restoran pada setiap hari. Ini kerana responden sibuk bekerja, kesuntukan masa dan lain-lain lagi. Sementara itu hanya terdapat sedikit sahaja responden yang kurang makan di restoran. Ini menunjukkan responden gemar makan dil uar. Sementara itu sebanyak 56 peratus responden yang mempunyai kekerapan 0 hingga 1 kali sehari masak makanan di rumah dan sebanyak 36 peratus responden yang mempunyai kekerapan 2 hingga 3 kali sehari masak makanan di rumah. Manakala peratus responden yang mempunyai kekerapan 4 kali dan lebih sehari masak makanan di rumah hanya 14 peratus sahaja. Peratusan yang diperoleh menunjukkan 56 peratus responden tidak masak makanan di rumah kerana ketidakcukupan masa kerana kesibukan dengan pekerjaan. Responden yang kerap memasak di rumah sebanyak 4 kali dan lebih hanya 14 peratus sahaja. Ini menunjukkkan kebanyakan responden tidak masak di rumah. Jadual 4 menunjukkan frekuensi dan peratus faktor penting memilih untuk makan di restoran. Sebanyak 34 peratus responden yang memilih faktor makanan sebagai faktor penting memilih untuk makan di restoran berbanding hanya 12 peratus responden sahaja yang memilih faktor perkhidmatan sebagai faktor penting memilih untuk makan di 38 restoran. Manakala sebanyak 24 peratus responden yang memilih faktor kos atau harga makanan sebagai faktor penting memilih untuk makan di restoran dan sebanyak 30 peratus responden pula yang memilih faktor tempat atau persekitaran restoran sebagai faktor penting memilih untuk makan di restoran. Seterusnya, terdapat sebanyak 36 peratus responden yang belanja makan di restoran kurang dari RM10 dan sebanyak 40 peratus responden yang belanja makan di restoran antara RM11 hingga RM20. Manakala sebanyak 16 peratus responden yang belanja makan di restoran antara RM21 hingga RM30 dan hanya 8 peratus responden sahaja yang belanja makan di restoran lebih daripada RM30. Peratusan tertinggi yang diperoleh menunjukkan 40 peratus responden yang belanja makan di restoran adalah di antara RM 11 hingga RM 20. Ini menunjukkan responden makan secara berpasangan atau makan dalam kuantiti yang banyak. Manakala hanya terdapat 8 peratus sahaja responden yang belanja makan di restoran lebih daripada RM 30. Ini menunjukkan responden berbelanja secara sederhana dan membeli makanan yang perlu sahaja. Seterusnya, sebanyak 4 peratus responden yang memilih perniagaan untuk tujuan makan di restoran dan sebanyak 40 peratus responden yang memilih makanan ringkas untuk tujuan makan di restoran. Manakala sebanyak 36 peratus responden yang memilih bersosial untuk tujuan makan di restoran dan sebanyak 20 peratus responden pula yang memilih perhimpunan keluarga untuk tujuan makan di restoran. Perkara di atas menunjukkan responden lebih cenderung memilih makanan yang ringkas untuk tujuan makan di restoran dan responden kurang memilih perniagaan sebagai tujuan makan. Faktor – faktor yang mendorong responden memilih untuk makan di restoran. Faktor kebersihan fizikal sesebuah restoran adalah amat penting terhadap pelanggan dalam memilih untuk makan di restoran tersebut. Hasil kajian didapati, min bagi faktor 39 ini adalah dengan sisihan piawai Keadaan ini adalah disebabkan, aspek kebersihan adalah menjadi penting pada masa sekarang. Semua orang hendakkan diri mereka bersih. Keadaan ini turut diamalkan dalam persekitaran pemakanan, kerana restoran yang kurang bersih, boleh menyebabkan pelanggan yang mengunjungi restoran tersebut akan mendapat penyakit. Oleh hal yang demikian, demi mementingkan kesihatan diri, pelanggan mengutamakan kebersihan ketika makan di sesebuah restoran. Selain itu, makanan yang sedap dan lazat juga merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi pelanggan dalam memilih restoran untuk makan. Skor min dan sisihan piawai bagi faktor ini adalah masing – masing dan Responden sangat mementingkan kelazatan makanan kerana makanan yang sedap boleh menarik minat responden untuk datang lagi sekali ke restoran berkenaan dan sekiranya tekstur makanan tidak sedap menyebabkan responden tidak akan datang lagi ke restoran berkenaan. Tambahan pula, harga yang berpatutan juga merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh pelanggan dalam memilih restoran dengan skor min dan sisihan piawai yang juga merupakan skor yang tinggi. Harga yang berpatutan ialah harga yang tidak mahal dan tidaklah murah sangat selaras dengan tahap kemampuan responden. Ini bermakna semua responden tidak kira yang berpendapatan rendah mampu untuk memilih makan di restoran berkenaan. Di samping itu, pilihan minuman yang banyak membuatkan mereka mahu mencuba hampir kesemuanya juga merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh pelanggan dalam memilih restoran, walaupun skor min adalah pada tahap sederhana iaitu dengan sisihan piawai Hal ini disebabkan, terdapat sebilangan responden yang datang ke restoran dengan hanya mahu minum air sahaja. Ini bermakna pilihan minuman juga mempengaruhi responden untuk datang ke restoran berkenaan. Sekiranya terdapat banyak pilihan minuman seperti jus, minuman panas, minuman bergas dan ice blended yang disediakan oleh pihak restoran, ianya boleh menyebabkan responden akan datang berkali-kali ke restoran berkenaan. 40 Cadangan untuk Kajian Masa Depan Kajian ini hanya membincangkan sebahagian kecil daripada mengenai faktor-faktor yang dilihat oleh pelanggan-pelanggan dalam memilih restoran untuk makan. Oleh itu, ia diharap akan memberi manfaat kepada kajian masa depan dengan menggunakan sampel yang lebih besar yang melibatkan kawasan-kawasan di tempat lain. Sampel yang lebih banyak juga akan menyebabkan hasil dapatan yang diperoleh adalah berbeza. Selain daripada itu, kajian ini juga boleh dilaksanakan berdasarkan kumpulan umur dan tahap pendapatan dalam pemilihan pelanggan. Umur yang berbeza mempunyai keinginan dan cita rasa yang berbeza dalam memilih restoran untuk makan. Bagi mereka yang berpendapatan tinggi, ia berkemungkinan memilih restoran yang berprestij tinggi. Di samping itu, pengumpulan data daripada soal selidik kadang – kala adalah tidak sah kerana terdapat beberapa responden yang tidak menjawab soalan tersebut secara telus. Oleh hal yang demikian, penyelidik boleh memilih untuk kaedah kualitatif seperti pemerhatian, temu duga dan sebagainya untuk membolehkan data yang dikumpul adalah sah. Dengan cara ini, data yang diperoleh, dapat memberikan maklumat yang lebih tepat. Seterusnya pengkaji pada masa akan datang juga dicadangkan untuk mengkaji tentang kemudahan yang disediakan oleh sesebuah restoran. Hal ini kerana pada masa kini dilihat restoran kurang menyediakan infrastruktur yang mencukupi kepada pelanggan. Rumusan Daripada dapatan kajian dan perbincangan, objektif kajian telah tercapai. Daripada analisis didapati bahawa kebersihan fizikal sesebuah restoran merupakan faktor yang 41 terpenting dalam pemilihan restoran oleh pelanggan untuk makan. Di samping itu makanan yang sedap dan lazat, harga yang berpatutan dan pilihan minuman yang banyak juga merupakan faktor yang penting dalam pemilihan restoran untuk makan. 42 RUJUKAN Alias Baba. 1999. Statistik penyelidikan dalam pendidikan dan sains sosial. Bangi Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia. Chen, and Hu, 2010, “How determinant attributes of service quality influence customer perceived value an empirical investigation of the Australian coffee outlet industryâ€, International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 22 No. 4, pp. 535-51. Chua, Yan Piaw. 2006. Kaedah penyelidikan buku 2. Kuala Lumpur Mc Graw Hill. Emerson, 1990. The new economics of fast food. USA Van Nostrand Reinhold. Frinkelstein, J. 1989. Dining out Sociology of modern manners. Cambridge Polity Press. Jackson, 2003. Research methods and Statistics a critical thinking approach. Sydney Wadsworth Thomson. Jamil Ahmad. 2002. Pemupukan budaya penyelidikan di kalangan guru di sekolah satu penilaian. Tesis Doktor Falsafah, Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsaan Malaysia. Khan, 1995. Hong Kong’s fast – food industry An overview the Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly. 363 34 – 42. Kivela, J. 1997. Restaurant marketing selection and segmentation in Hong Kong. International journal of contemporary hospitality management. 116 – 123. Kivela, J., Reece, J. & Inbakaran, R. 1999. Consumer research in the restaurant environment. Part 2 Research design and analytical methods. International journal of contemporary hospitality management. 116 269 – 286. 43 Mohd Majid Konting. 2000. Kaedah penyelidikan pendidikan. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Oh, H. 2000. Dinner’s perceptions of quality, value and satisfaction A practical viewpoint Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly. 58 – 66. Parasuraman, A., Zeithaml, & Berry, 1998. SERVQUAL A multiple – item scale for measuring customer perceptions of service quality. Journal of retailing. 641 12 – 36. Spears, 1991. Service organizations A managerial and system approach. New York Macmillan Publishing Company. 18 – 25. Sekaran, U. 2000. Research methods for business a skill-building approach. Ed. ke-3. New York John Wiley and Sons. Clark, and Wood, 1999, “Consumer loyalty in the restaurant industry a preliminary exploration of the issuesâ€, British Food Journal, Vol. 101 No. 4, pp. 317-26. Ha, J. and Jang, S. 2010a, “Perceived values, satisfaction, and behavioral intentions the role of familiarity in Korean restaurantsâ€, International Journal of Hospitality Management. Vol. 29 No. 1, pp. 2-13. Ha, J. and Jang, S. 2010b, “Effects of service quality and food quality the moderating role of atmospherics in an ethnic restaurant segmentâ€, International Journal of Hospitality Management, Vol. 29 No. 3, pp. 520-9. Johnson, 1996, “Just fine, thank youâ€, Restaurants & Institutions, Vol. 106 No. 13, p. 140. 44 Namkung, Y. and Jang, S. 2007, “Does food quality really matter in restaurant its impact of customer satisfaction and behavioral intentions?â€, Journal of Hospitality and Tourism Research, Vol. 31 No. 3, pp. 387-410. Ryu, K., Lee, and Kim, 2012, “The influence of the quality of the physical environment, food, and service on restaurant image, customer perceived value, customer satisfaction, and behavioral intentionsâ€, International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 24 No. 2, pp. 200-23. Sulek, and Hensley, 2004, “The relative importance of food, atmosphere, and fairness of waitâ€, Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly, Vol. 45 No. 3, pp. 235-47. Lewis, & Chambers, 1998, Marketing Leadership in Hospitality Foundations and Practices. New York Van Nostrand Reinhold. Soriano, 2001, Customers‟ expectations factors in restaurants – the situation in Spain, International Journal of Quality and Reliability Management, 198/9, pp. 1055 – 1067. 45 Kami merupakan pelajar siswazah Sarjana Pendidikan Pendidikan Perniagaan dan Keusahawanan di Universiti Kebangsaan Malaysia. Kajian ini merupakan tentang faktor-faktor yang dilihat oleh pengguna dalam memilih restoran untuk makan di Bandar Baru Bangi. Kerjasama anda sangat diperlukan untuk mencapai objektif kajian ini. Setiap jawapan ikhlas dari anda adalah cukup bermakna lagi ketepatan kajian. Semua maklumat yang diberikan akan dirahsiakan dan digunakan untuk tujuan akademik sahaja. Kami ucapkan jutaan terima kasih di atas kerjasama yang anda berikan. Untuk keterangan lanjut sila hubungi ……………………………. ……………………………… Anwar Nabi Alam P69116 & Ravi Nagarathanam P69124 Sarjana Pendidikan Pendidikan Perniagaan & Keusahawanan Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor Darul Ehsan. 46 Bahagian A Maklumat Diri Sila bulatkan pada maklumat yang berkenaan. 1. Jantina 2. Umur 3. Bangsa 4. Status Perkahwinan 5. Pendapatan Sebulan 6. Tahap Pendidikan 47 Bahagian B Maklumat Kunjungan ke Restoran Sila bulatkan pada maklumat yang berkenaan. 7. Kekerapan makan di restoran? 8. Berapa kali dalam sehari anda atau pasangan anda masak makanan di rumah? 9. Pilih salah satu faktor yang amat penting dalam memilih untuk makan di restoran. Tempat / Persekitaran restoran 10. Biasanya berapakah anda berbelanja untuk makan di restoran? 11. Antara berikut, yang manakah tujuan anda untuk memilih makan di restoran? 48 Bahagian C Dengan berpandukan skala di bawah, sila bulatkan satu skala yang sesuai untuk setiap pernyataan. Makanan yang sedap dan lazat adalah faktor yang amat penting bagi pelanggan restoran. Kepelbagaian makanan yang tersenarai di dalam menu adalah satu keutamaan. Pilihan minuman yang banyak membuatkan saya mahu mencuba hampir kesemuanya. Kesegaran bahan dan ramuan menjadi perhatian saya bila mahu makan di sesebuah restoran. Saya menyukai persembahan hidangan yang menarik dan menyelerakan. Pelayan restoran yang berpengetahuan dan prihatin adalah aset yang bernilai bagi kejayaan sesebuah restoran. Setiap kali ke restoran, saya mengharapkan sambutan yang mesra dari staff restoran yang peramah dan mesra. Tindakan dan respon yang cepat dan segera dari pelayan akan memastikan pelanggan kembali mengunjungi restoran. Saya tidak suka menanti dalam tempoh yang lama untuk mendapat makanan yang telah dipesan. Tindak balas segera terhadap kehendak pelanggan amat perlu diberi perhatian oleh pengusaha restoran. Saya selalu memilih restoran yang menawarkan harga yang 49 berpatutan ke atas makanan dan minuman yang bagus. Makanan yang disediakan mestilah berbaloi dengan nilai wang yang dibayar. Saya akan berpuas hati jika makanan yang dipesan dihidangkan dalam kuantiti yang banyak. Harga yang murah bagi makanan adalah penting walaupun rasanya tidak sedap. Harga yang berpatutan adalah faktor penting yang dipertimbangkan dalam memilih restoran. Kebersihan fizikal sesebuah restoran adalah penting untuk menarik pelanggan mengunjungi restoran. Perhiasan luaran dan dalaman yang menarik mempengaruhi saya untuk menikmati makanan di restoran. Kemudahan seperti tempat letak kereta, tandas dan hiburan seperti muzik, wifi internet, dan karaoke menarik perhatian saya. Saya selalunya akan pergi ke restoran yang berdekatan dengan rumah atau pejabat saya. ~ TAMAT~ ~TERIMA KASIH ATAS KERJASAMA ANDA~ ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Part 1, a model of dining satisfaction and return patronage was developed and described. Based on extensive review of the relevant consumer behaviour literature the model was developed and underpinned by the disconfirmation and expectancy theory. As noted in the article, disconfirmation theory is widely accepted as an account of the process by which customers develop feelings of satisfaction or dissatisfaction, that is, when customers compare new dining experiences with some basis that they have developed from prior experiences. On the other hand, the assumption that a customer will weigh various restaurant attributes is based on expectancy theory. In the majority of studies using disconfirmation theory, expectations are formed according to customers' pre-experience beliefs and standards that they use to measure their purchase experience. These theories bring together the social, psychological and cultural concepts into four distinct groups of variables input variables both internal and external, process variables and output variables Lowenberg et al., 1979; Finkelstein, 1989. This paper is a continuation and explains how the model of dining satisfaction and return patronage was operationalised, that is, how the research instrument was developed; how the sample size and survey procedures were developed and conducted; and how the selection of analytical procedures was conceived. Keywords Customer Satisfaction, Restaurants, Hong Kong. Mona ClarkRoy C. WoodThis article looks at the outcome of a questionnaire designed to explore factors relevant to engendering consumer loyalty in restaurant choice. The sampling frame comprises people with relatively homogeneous characteristics who dine out with some frequency. The overall objective was to question certain assumptions that have become current in academic discussions of consumer behaviour with particular relevance to consumer loyalty. Findings suggest that the quality and range or type of food are key determinants in consumer loyalty, but that the concept of “quality of food†offers a range of interpretations and thus requires more careful investigation. Additionally, the concept of the “meal experience†as a holistic abstraction in the consumer's mind is called into question as a consequence of the analysis. Tangible rather than intangible factors are identified as being of greater importance in consumer loyalty. Jooyeon HaThis study examined American customers’ perceptions of values regarding dining experiences in Korean restaurants in the United States. Specifically, the effects of hedonic and utilitarian values on customer satisfaction and behavioral intentions were investigated. This study also examined the moderating effect of familiarity with Korean restaurants on the relationships among perceived values, satisfaction, and behavioral intentions. Overall, the results indicated that American customers valued the utilitarian aspects of Korean restaurants more than the hedonic aspects. Additionally, utilitarian aspects had a stronger impact on customer satisfaction and behavioral intentions than hedonic aspects. However, when considering customers’ familiarity level with the restaurants, hedonic aspects more effectively induced positive behavioral intentions in the low familiarity group, proving that familiarity has a moderating role. Conversely, utilitarian aspects appeared to be more influential in terms of the behavioral intentions of the high familiarity group. Theoretical and practical implications are also discussed. Mona ClarkRoy C. WoodThis article looks at the outcome of a questionnaire designed to explore factors relevant to engendering consumer loyalty in restaurant choice. The sampling frame comprises people with relatively homogeneous characteristics who dine out with some frequency. The overall objective was to question certain assumptions that have become current in academic discussions of consumer behaviour with particular relevance to consumer loyalty. Findings suggest that the quality and range or type of food are key determinants in consumer loyalty, but that the concept of “quality of food†offers a range of interpretations and thus requires more careful investigation. Additionally, the concept of the “meal experience†as a holistic abstraction in the consumer’s mind is called into question as a consequence of the analysis. Tangible rather than intangible factors are identified as being of greater importance in consumer quality seems to be accepted as a fundamental component to satisfy restaurant customers; however, it has been often overlooked in restaurant service quality and satisfaction studies. The primary objective of this study was to investigate how food quality is perceived in relation to satisfaction and behavioral intentions in mid- to upscale restaurants. This study also attempted to identify which attributes among food-related qualities are critical in improving satisfaction and heightening revisit intention. With a structural equation modeling technique, this study shows that overall food quality significantly affects customer satisfaction and behavioral intentions and also revealed that the relationship between food quality and customer behavioral intentions is mediated by satisfaction. Subsequent regression analyses demonstrated that taste and presentation were the two greatest contributors to customer satisfaction and behavioral intentions. Thus, managers should pay attention to the key food quality attributes that elicit customer satisfaction and enhance return visits in the restaurant M. Sulek Rhonda HensleyFood quality came out as the only one of nine factors being tested that had a significant effect on intent to return for 239 diners at an Irish-pub-style full-service restaurant in the southeastern United States. Even so, food provided only a partial explanation of the repeat-patronage decision. Examining customer satisfaction, food quality again was at the top of the list, but the restaurant’s atmosphere and the fairness of the seating procedures also had significant effects. Together, those three factors explained about half of the variability in a regression model of customer satisfaction. Given that food was such a strong factor in the repeat-patronage decision, diners’ suggestions to this restaurant are of interest to other restaurateurs. The diners suggested that the restaurant expand its menu. In particular, they wanted to see more items that fit the restaurant’s Irish-pub theme. Finally, diners were especially interested in having additional healthful menu RyuHye-Rin LeeWoo Gon KimPurpose The purpose of this study is to propose an integrated model that examines the impact of three elements of foodservice quality dimensions physical environment, food, and service on restaurant image, customer perceived value, customer satisfaction, and behavioral intentions. Design/methodology/approach Data were collected from customers at an authentic upscale Chinese restaurant located in a Southeastern state in the USA via a selfâ€administered questionnaire. Anderson and Gerbing's twoâ€step approach was used to assess the measurement and structural models. Findings Structural equation modeling shows that the quality of the physical environment, food, and service were significant determinants of restaurant image. Also, the quality of the physical environment and food were significant predictors of customer perceived value. The restaurant image was also found to be a significant antecedent of customer perceived value. In addition, the results reinforced that customer perceived value is indeed a significant determinant of customer satisfaction, and customer satisfaction is a significant predictor of behavioral intentions. Research limitations/implications The proposed model and study findings will greatly help researchers and practitioners understand the complex relationships among foodservice quality physical environment, food, and service, restaurant image, customer perceived value, customer satisfaction, and behavioral intentions in the restaurant industry. Originality/value This study is the first to develop an integrated model that explicitly accounts for the influence of three restaurant service quality factors on restaurant image and customer perceived value. Using structural equation modeling, this study empirically confirms that the model with the causality from quality, in particular three dimensions of foodservice quality in this study, to restaurant image is superior to the one with causality from image to quality in the context of The purpose of this study is to investigate empirically how the determinant attributes of coffee quality, service, food and beverage, and extra benefits influenced customerâ€perceived value in the coffee outlet industry. Design/methodology/approach A selfâ€administrated questionnaire was distributed to 834 respondents from chain and independent coffee outlets for the study. Multiple regression analysis was used to identify which factors of determinant attributes of service quality influenced customerâ€perceived value. Findings The study found that factors of determinant attributes of service quality significantly influenced functional and symbolic dimensions of perceived value with the former being related with coffee quality, service, and food and beverage, whereas the latter is positively related with coffee quality, food and beverage, and extra benefits. Practical implications The paper bears significant theoretical and practical results. Theoretically, determinant attributes of service quality can enhance not only functional value but also symbolic value, ignored in previous valueâ€based research. It is believed that perceived value should be considered as a base in designing determinant attributes of service quality. Practically, it is imperative for marketers to gain a thorough understanding of the consumption experience of their customers by enhancing value perceptions in terms of determinant attributes of service quality. Originality/value The study challenges the existing literature by identifying how customers perceived function and symbolic values based on determinant attributes of service quality offered in the coffee outlet industry.
SEORANG PENGGUNA TELAH BERTANYA 👇 2. Pertimbangan utama dalam memilihmakanan adalah dari segi a. rasac. kesehatanb. hargad. penyajian INI JAWABAN TERBAIK 👇 Jawaban yang benar diberikan cokycoky53 jawaban makan secara teratur besi lambung MAAF KALAU SALAH YA Jawaban yang benar diberikan faiz7722 jawaban b. harga Penjelasan maaf kalau salah ya kalau benar kasih jawaban tercerdas ya,,, ^_^ Jawaban yang benar diberikan Miftahulrizka18021 jawaban b. harga Penjelasan Semoga membantu… Jawaban yang benar diberikan mutia291105 jawaban gizi Penjelasan karena itu paling penting Jawaban yang benar diberikan dimasedeng1206 jawaban kesehatan maaf gak aku tulis abjadnya karena acak Penjelasan kalau kita memilih makanan kita harus memperhatikan makanan yang sehat Jawaban yang benar diberikan alam191 jawaban kesehatan Penjelasan maaf banget klo salah Jawaban yang benar diberikan listyani2335 segi kualitas segi harga dan segi byk baiknya memperhatikan segi manfaat makanan Jawaban yang benar diberikan arikarim1645 Bersih/sehat *menurut aku Jawaban yang benar diberikan selamajid Kandungan gizi semoga membantu Jawaban yang benar diberikan najis33 Kebersihan dan gizi yang terkandung dalam makanan tersebutmaaf kalau kurang lengkap
Dibaca sebanyak 9,280 Orang memutuskan apa yang akan dimakan, kapan harus makan, berapa banyak yang akan dimakan, dan bahkan apakah akan makan dengan cara yang sangat pribadi berdasarkan interaksi kompleks genetik, perilaku, atau faktor sosial dibanding kesadaran akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Ragam pilihan makanan dapat mendukung kesehatan yang baik, dan memahami tentang gizi manusia yang membantu membuat pemilihan makanan yang lebih baik. Preferensi Alasan kebanyakan orang memilih makanan tertentu adalah rasa. Dua preferensi yang disukai yaitu rasa manis dari gula dan gurih dari garam. Keinginan manusia akan rasa manis mencakup semua usia, ras, dan budaya.1 Makanan tinggi lemak menjadi preferensi umum yang universal. Penelitian menunjukkan bahwa genetika dapat mempengaruhi persepsi rasa dan karena itu kesukaan atau ketidaksukaan. 2Demikian pula, hormon kehamilan tampaknya mempengaruhi mengidam dan enggan makan. Kebiasaan Pemilihan makanan juga dikaitkan dengan kebiasaan makan sebagai suatu bentuk tingkah laku berpola yang sangat terkait dengan kebudayaan, yang mencakup juga kepercayaan dan pantangan makan yang berkembang dalam sekelompok masyarakat.3 Terkadang orang memilih makanan di luar kebiasaan makannya. Mengkonsumsi makanan yang biasa dan tidak harus membuat keputusan dapat membuat perasaan nyaman.4 Kebiasaan makan merupakan hasil dari proses belajar yang terjadi seumur hidup, kebiasaan makan keluarga karena seseorang tinggal dalam keluarganya dan mengalami proses belajar terus menerus dalam keluarganya. Hal inilah yang menjadi alasan pola makan atau susunan hidangan sangat kuat bertahan terhadap berbagai pengaruh yang mungkin dapat mengubahnya.5 Warisan Etnis dan Masakan Daerah Pengaruh terkuat terkait pemilihan makanan adalah warisan etnis dan masakan daerah. Orang cenderung lebih menyukai makanan tempat mereka tumbuh dengan makan. Setiap daerah memiliki makanan khas dan cara menggabungkannya ke dalam makanan. Masakan daerah mencerminkan kombinasi unik bahan-bahan lokal dan gaya memasak.4 Makanan juga sebagai pembentuk identitas etnis, yang dapat dikenali dari jenis masakannya yang memiliki karakterisitik rasa yang khusus. Misalnya, masakan Minahasa ditandai dengan penggunaan cabai rica dalam jumlah yang banyak dalam mengolah daging, begitu kuatnya rasa cabai sampai- sampai menghilangkan rasa daging itusendiri. Begitu juga masakan Minangkabau, cabai, santan, dan bumbu rempah-rempah menjadikan makanannya khas sebagai makanan Minangkabau.3 Menikmati makanan etnis tradisional memberikan kesempatan untuk merayakan warisan budaya. Seseorang yang menawarkan makanan tradisional berarti berbagi budaya mereka dengan orang lain, dan mereka yang menerima makanan belajar tentang cara hidup orang lain. Mengembangkan kompetensi budaya berarti menghormati preferensi individu dan sangat penting bagi para profesional untuk membantu orang lain dalam merencanakan diet sehat.4 Interaksi Sosial Dalam interaksi sosial yang melibatkan makanan, individu sering membuat keputusan tentang dengan siapa dia ingin makan, dengan siapa dia tidak ingin makan. Beberapa studi memperlihatkan orang-orang yang makan dengan teman mengkonsumsi lebih banyak makanan dibanding makan dengan orang asing.6 Kebanyakan orang menikmati kebersamaan saat makan. Makan sering kali merupakan acara sosial, dan berbagi makanan adalah bagian dari keramahan. Adat sosial mengundang orang untuk menerima makanan atau minuman yang ditawarkan oleh tuan rumah atau dibagikan oleh kelompok — terlepas dari sinyal lapar.4 Ketersediaan, Kenyamanan, dan Ekonomi Orang sering makan makanan yang mudah didapat, cepat dan mudah disiapkan, dan sesuai kemampuan finansialnya. Konsumen yang menghargai kenyamanan, sering makan di luar, membawa pulang makanan siap saji, atau layanan pesan antar makanan. Penekanan konsumen pada kenyamanan membatasi pilihan makanan pada pilihan yang ditawarkan terkait menu dan produk siap saji. 4 Faktor ekonomi juga terkait pemilihan makanan. Kenaikan biaya makanan telah menggeser beberapa prioritas konsumen dan mengubah prioritas kebiasaan berbelanja. Konsumen cenderung tidak membeli makanan cepat saji dengan harga lebih tinggi dan lebih cenderung membeli barang bermerek toko yang lebih murah dan menyiapkan sendiri masakan rumahan. Faktanya, lebih dari 70% makanan yang disiapkan sendiri di rumah lebih sehat karena jarang makan makanan cepat saji dan lebih cenderung untuk memenuhi pedoman diet untuk lemak, kalsium, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. 7 Sayangnya, pola makan sehat yang menyertakan banyak buah dan sayuran cenderung menjadi lebih mahal dibanding diet kurang sehat yang menampilkan makanan yang tinggi lemak dan gula tambahan. Makanan murah ini sering kali tinggi kalori dan rendah gizi. Konsumen dapat meningkatkan kualitas makanannya tanpa meningkatkan kualitasnya pengeluaran mereka dengan memilih lebih banyak makanan nabati, seperti kacang-kacangan, polong-polongan, dan biji-bijian utuh, serta mengurangi daging merah dan olahannya, dan produk susu tinggi lemak.8 Emosi Emosi memandu pemilihan makanan dan perilaku makan. Beberapa orang tidak bisa makan saat mereka sedang kesal secara emosional. Orang lain mungkin makan untuk menanggapi variasi rangsangan emosional — misalnya, untuk menghilangkan kebosanan atau depresi atau untuk menenangkan kegelisahan. Orang yang depresi mungkin memilih untuk makan daripada menelepon teman. Karbohidrat dan alkohol, misalnya, cenderung menenangkan, sedangkan protein dan kafein lebih untuk merangsang. Makan sebagai respons terhadap emosi dan stres dapat dengan mudah menyebabkan makan berlebihan dan obesitas. Namun pada kondisi lain berbagai makanan dapat memberikan kenyamanan dan interaksi pada orang lain.4 Aspek Gizi dan Kesehatan Banyak konsumen membuat pilihan makanan yang mereka yakini akan meningkatkan kesehatan mereka. Makanan fungsional memberikan manfaat kesehatan di luar kontribusi gizinya; termasuk makanan utuh serta yang diperkaya, diperkaya, atau makanan tambahan. Makanan utuh — sealami dan familiar seperti oatmeal atau tomat — adalah makanan fungsional paling sederhana. Dalam beberapa kasus, makanan telah dimodifikasi untuk memberikan manfaat kesehatan, misalnya dengan menurunkan kandungan lemak trans.4 Konsumen biasanya memasukkan makanan baru ke dalam makanannya, asalkan harga makanan masuk akal, terdapat label yang jelas, mudah ditemukan, dan nyaman untuk disiapkan. Makanan juga harus terasa enak seperti pilihan pada makanan tradisional. Tentu saja, seseorang tidak perlu makan makanan “khusus” untuk menikmati diet sehat; banyak makanan “biasa” juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Faktanya, makanan “biasa” seperti serealia utuh; sayuran ; buah-buahan; makanan laut, daging, unggas, telur, kacang-kacangan; dan produk susu termasuk alternatif pilihan makanan sehat.4 Referensi 1. Drewnowski A, Mennella JA, Johnson SL, Bellisle F. Sweetness and Food Preference. The Journal of Nutrition. Published online May 9, 20121142S-1148S. doi 2. Hayes JE, Keast RSJ. Two decades of supertasting Where do we stand? Physiology & Behavior. Published online October 20111072-1074. doi 3. Nurti Y. Kajian Makanan dalam Perspektif Antropologi. Jurnal Antropologi. 2017;1911-10. 4. Rolfes W. Understanding Nutrition. 14th ed. Cengage Learning; 2016. 5. Sediaoetama A. Ilmu Gizi Jilid II. Dian Rakyat; 2003. 6. Jones M. Food Choice, Symbolism, and Identity Bread-and-Butter Issues for Folkloristics and Nutrition Studies American Folklore Society Presidential Address October 2005. The Journal of American Folklore. 2007;120476129-177. 7. Lu J, Huet C, Dubé L. Emotional reinforcement as a protective factor for healthy eating in home settings. The American Journal of Clinical Nutrition. Published online May 25, 2011254-261. doi 8. Bernstein AM, Bloom DE, Rosner BA, Franz M, Willett WC. Relation of food cost to healthfulness of diet among US women. The American Journal of Clinical Nutrition. Published online September 1, 20101197-1203. doi
tinggi terhadap penggunaan bahan tambahan pangan, serta perhatian terhadap penggunaan kemasan yang digunakan. B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan Menurut Elizabeth dan Sanjur 1981 dalam Suhardjo 1989 ada tiga faktor utama yang mempengaruhi preferensipemilihan makanan yaitu a faktor indvidu, b faktor makanan, dan c faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi preferensi seseorang terhadap makanan yang akhirnya akan mempengaruhi konsumsi pangan. 1. Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki konsumen dapat meningkatkan kemampuan konsumen untuk mengerti suatu pesan, membantu mengamati logika yang salah, dan dapat menghindari penafsiran yang tidak benar Engel et all 1995 dalam Susanto 2008. Pengetahuan yang cukup diharapkan dapat mengubah perilaku remaja sehingga dapat memilih makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan dan seleranya. Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan juga merupakan salah satu pertimbangan seseorang dalam memilih dan mengonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya akan lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya dibandingkan panca inderanya sebelum mengonsumsi makanan Sediaoetama 1996 dalam Azrimaidaliza 2011. 2. Usia Menurut Krebs et all 2007 dalam Fermi 2008, prevalensi konsumsi makanan ringan meningkat tiap individu pada anak usia 2- 18 tahun. Summebell et all 1995 menyatakan pada kelompok umur 39-59 tahun total energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan adalah sebesar 25,5 pada laki-laki dan 21,4 pada perempuan. Sementara pada usia 65-91 tahun tahun total energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan hanya 16,6 pada laki-laki dan 17,9 pada perempuan Fermi 2008. 3. Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pemilihan makanan Sanjur, 2003. Menurut Gibney, et al 2009 umumnya kaum wanita tampak lebih banyak mempunyai pengetahuan tentang makanan dan gizi serta menunjukan perhatian yang lebih besar terhadap keamanan makanan, kesehatan dan penurunan berat badan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza 2008 remaja laki-laki lebih bervariasi dalam pemilihan makanan dibandingkan siswa perempuan. Hal ini disebabkan karena pada usia remaja, perempuan lebih memperhatikan body image atau citra tubuh sehingga membatasi asupan makanan. Ezelle et al 1985 dalam Fermia 2008 menyatakan bahawa pola konsumsi makanan ringan pada anak laki-laki dan anak perempuan cenderung sama meskipun asupan energi, kalsium, riboflavin pada anak laki-laki cenderung lebih tinggi dari pada anak perempuan. Konsumsi makanan ringan pada perempuan berkontribusi 21 pada total asupan energinya sedangkan pada laki-laki hanya 14. 4. Pendapatan Pendapatan di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun, pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran Samuelson dan Nordhaus, 1996 dalam Agung, 2012. Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan beasiswa jika penerima beasiswa. Yang dimaksud dengan uang saku dari orangtua adalah uang saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu, dari uang saku inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya mereka alokasikan kepos-pos pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi makanan dan non makanan Agung, 2012. Menurut Benjamin et all 2004 dalam Arifyani 2010. Uang saku sangat mementukan pemilihan makanan dan konsumsi makanan. Biasanya seseorang akan memilih makanan yang sesuai dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar biasanya seseorang akan sering memilih makanan-makanan yang modern dengan pertimbangan prestice dan harapan akan diterima kalangan peer group mereka. 5. Keterampilan memasak Keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam bidang tatacara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan. Banyak faktor yang berbeda mempengaruhi pemilihan jenis makanan dan yang dikonsumsi, tetapi keterampilan untuk menyiapkan makanan yang tepat sangat memainkan peran penting. Kurangnya keterampilan dalam mempersiapkan dan memasak makanan bisa berdampak pada kesehatan karena hal tersebut dapat membatasi pilihan makanan Eufic, 2011. Makanan yang disiapkan di rumah cenderung lebih bergizi daripada yang berada dari rumah, dan berbagai makanan sehat dapat dicapai oleh orang-orang yang secara teratur memasak yang berawal dari bahan mentah yang segar Caraher M, 1999 . Selanjutnya, memasak dari bahan mentah memberikan keleluasaan konsumen dalam pilihan bahan makanan, dan dengan demikian memungkinkan untuk melakukan pola makan sehat terkait dengan nutrisi seperti garam, lemak jenuh dan gula yang akan diikuti lebih ketat, untuk membantu mencapai diet gizi seimbang, karena gizi diketahui memainkan peran penting dalam kesehatan. Kemampuan persiapan makanan dan keterampilan memasak memiliki potensi untuk mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan kesehatan. Oleh karena itu, keterampilan untuk menyiapkan makanan, mengikuti resep dan tersedianya fasilitas, dapat berdampak pada pilihan makanan Eufic, 2011. 6. Status Gizi Suhardjo 2003 menyatakan bahwa status gizi merupakan bagian yang penting dari status kesehatan sesorang. Status gizi sering digunakan sebagai cara untuk mengevaluasi keseimbangan antara asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan energi yang digunakan atau dikeluarkan untuk beraktivitas. Sehingga perbandingan BBTB yang diproyeksikan dalam status gizi merupakan salah satu cara untuk mengimbangi makanan Nurcahyo, 2011. Beberapa orang memiliki masalah kesehatan yang mempengaruhi pilihan makanan Dorothy, 2006, misalnya orang yang memiliki status gizi lebih berusaha menurunkan berat badan dengan diet biasanya akan memilih makanan yang berbeda dari seseorang yang status gizinya normal memungkinkan dia untuk makan apapun yang dia inginkan tanpa kekhawatiran dari kenaikan berat badan yang berlebih. 7. Faktor makanan Dalam mengkonsumsi makanan, sebagian orang mungkin lebih memilih makanan berdasarkan respons yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti penglihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang berupa rasa lapar Gibney, et al, 2009. Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi seseorang untuk suka dan tidak suka terhadap makanan. Atribut sensori seperti rasa, warna, tekstur, dan bentuk dapat berkontribusi dengan preferensi makanan individu. Panca indera memiliki dampak terbesar dan menentukan apakah makanan akan ditelan atau lebih akan dimakan Lau et al., 1984 dalam Weaver, 1997. Sistem penciuman mampu mengidentifikasi berbagai tak terbatas zat-zat volatil. Bau makanan secara kimiawi kompleks dan menstimulasi sejumlah reseptor Hara dan Hukum, 1972 dalam Weaver, 1997. Tekstur, bau, dan penampilan dapat berhubungan dengan ketidaksukaan terhadap makanan. Sementara itu, warna makanan merupakan rangsangan pertama pada indera penglihatan sehingga warna memegang peranan utama dalam pemilihan makanan. Karena bila warnanya tidak menarik akan mengurangi selera seseorang untuk mengkonsumsinya Moehyi, 1992 dalam Arifyani 2010. Pemilihan makanan dipengaruhi oleh penerimaan atribut dan kesesuaian untuk dimakan. Sebagian besar keputusan pemilihan berdasarkan oleh kualitas panca indera. Penilaian sensori bisa dianggap sebagai satu pendekatan paling praktis untuk memprediksikan penerimaan konsumen terhadap suatu produk makanan, selain produk baru, produk diperbaiki kualitas atau modifikasi metode Aminah 1989 dalam Haryati 2009. Institut Teknologi Makanan mendifinisikan penilaian sensori sebagai suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk merangsang, mengukur, menganalisis dan menginterprestasi reaksi ciri-ciri makanan dan bahan-bahan apabila dinilai oleh panca indera seperti melihat, bau, rasa, sentuh dan dengar IFT 1981 dalam Haryati 2009. Dimana melibatkan penggunaan organ-organ sensori yaitu mata, hidung, lidah, kulit dan telinga. Penilaian ini berhubungan dengan tanggapan konsumen terhadap rupa bentuk, aroma, citarasa, tekstur dan rasa sesudah dimakan tanpa mempertimbangkan label, harga dan keterangan lainnya Stone Sidel 1995 dalam Haryati 2009. The American Heritage Dictionary menawarkan dua definisi rasa. Definisi pertama adalah bahwa rasa adalah kemampuan sensorik tubuh untuk membedakan manis, asam, asin, dan pahit ketika zat bersentuhan dengan lidah. Definisi kedua adalah bahwa rasa adalah kombinasi dari rasa, bau dan sentuhan yang mulut dapat merasakan Utermohlen, 2006 dalam Magoulas, 2003. Studi telah menunjukkan rasa baru bahwa setidaknya ada enam selera sensorik, menambahkan selera lemak dan Umami. umami berarti lezat dalam bahasa Jepang dan itu adalah kata yang sering digunakan untuk menggambarkan rasa gurih makanan ketika akan meningkat. Anatomi rasa menggunakan lidah, hidung, otak dan konsep visual yang memiliki mengajarkan apa yang harus mengharapkan otak. Rasa sebenarnya persepsi sensorik terakhir yang terjadi Banyak studi ilmiah telah menyimpulkan bahwa sensori stimulan yang mempengaruhi tubuh manusia adalah sentuhan, rasa, bau, suara, dan pertama divisualisasikan dan kemudian ditempatkan ke dalam mulut di mana ia dikunyah. Selama pengunyahan air liur yang diaktifkan di mulut bercampur dengan makanan maserasi dan memberikan uap ke hidung. Selama proses ini molekul individu rasa yang dibawa dalam paket saraf, di mana sinapsis, atau sel-sel komunikator, mengirim informasi ke saraf pemancar dalam bentuk serotonin. Serotonin kemudian membakar sinapsis tambahan sehingga memberikan pesan ke otak untuk disimpan Utermohlen, 2006 dalam Magoulas, 2003. Karakteristik makanan mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemilihan makanan untuk dikonsumsinya, faktor organoleptik makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Organoleptik makanan adalah penilaian indera untuk menguji suatu kualitas bahan pangan dengan cara merasa, meraba, dan melihat untuk menentukan kualitas makanan, faktor organoleptik makanan berupa rasa, warna, tekstur dari makanan tersebut. Menurut Mukri 1990 dalam Aristi 2011 cita rasa makanan ditimbulkan dari rangsangan indera penglihatan dan pengecapan. Makanan yang memiliki cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan menarik, menebar aroma sedap dan memberikan rasa yang lezat. Selain itu, Warna memegang penting dalam penampilan suatu makanan dan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam makanan, Warna merupakan faktor yang dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan suatu merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati aroma makanan. Warna dalam makanan dapat meningkatkan penerimaan konsumen tentang sebuah produk, betapapun lezatnya makanan apabila warna makanan tidak menarik maka akan menurunkan selera makan, namun harus diperhatikan pula zat pewarna yang digunakan dalam makanan. Zat pewarna sintesis yang digunakan untuk makanan tetapi tidak memenuhi standar penggunaanya akan membahayakan kesehatan. Sementara itu, menurut Soenardi 1996 dalam Aristi 2012 tekstur makanan adalah yang berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan didalam mulut. Tekstur meliputi kerenyahan, keempukan atau kekerasan dari makanan yang dirasakan oleh indera pengecap. Tekstur dapat mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan dan dapat merangsang getah lambung serta dapat menentukan kelezatan makanan. Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh suatu bahan tersebut, tekstur dapat mengubah rasa dan bau karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Bila semakin kentar suatu bahan, penerimaaan terhadap intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang Winarno, 1989 dalam Aristi, 2011. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza 2008 karakterisitik makanan berhubungan dengan pemilihan makanan pada remaja. Penelitian ini menunjukan kebanyakan remaja dalam memilih makanan mempertimbangkan aroma, rasa, warna,porsi,tekstur dan harga makanan. Pada survei yang dilakukan oleh The International Food Information Council Foundation’s pada tahun 2008, 54 responden mengatakan rasa memiliki dampak yang besar pada pembelian makanan dan minuman mereka, harga mempengaruhi 41 , 29 untuk kesehatan, dan 27 untuk kenyamanan Central for advancing health, 2009. 8. Musim dan tingkatan sosial Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus dan terutama perubahan lingkungan hidup keluarga secara tidak langsung akan mengarah kepada kebiasaan makan Adanya musim bencana alam tersebut dapat mengurangi cadangan pangan bahkan meniadakan sama sekali, penambahan pangan dari daerah lain, belum tentu dapat menyelesaikan masalah kekurangan pangan didaerah bencana tersebut Suhardjo, 1989. Perbedaan kebiasaan makan juga sering ditemui dalam keluarga yang mendahulukan atau mengistimewakan orang tua dalam hidupnya, sehingga anak-anak dan kaum wanita biasanya mendapat prioritas terakhir dalam hal makanananya. Hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi dari anak maupun kamum wanita tersebut, padahal jumlah energi yang diperlukan oleh ibu rumah tangga cukup besar dibandingkan kepala keluarga yang biasanya bekerja dikantor. 9. Mobilitas Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas Hidayat, 2004 Mobilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan makanannya. Semakin tinggi mobilitas seseorang, biasanya semakin tinggi pula ketergantungan akan makanan instan yang mana hal ini dapat mengganggu asupan nutrisi ke dalam tubuh. Menurut Boutelle 2007 dalam ministrymagazine, 2011 kegiatan ekstrakurikuler untuk anak- anak dan pekerjaan tambahanlembur untuk orang tua sering mengakibatkan ketergantungan pada makanan cepat saji. Penelitian menunjukkan bahwa rumah di mana makanan cepat saji menggantikan makanan tradisional setidaknya tiga kali seminggu cenderung memiliki lebih banyak chip dan soda yang tersedia. 10. Pekerjaan dan jumlah keluarga Pekerjaan yang dapat mempengaruhi pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan tentang kualitas dan kuantitas makanan. Terdapat hubungan antara pendapatan yang berasal dari keuntungan pekerjaan terhadap gizi yang tentunya terkait dengan pemilihan makanan, hal ini merupakan pengaruh dari didorong oleh pengaruh menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya Suhardjo, 1989. Menurut BKKBN 1998, besar rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga, besar rumah tangga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rumah tangga kecil, sedang, dan besar. Rumah tangga kecil adalah rumah tangga yang jumlah anggotanya kurang atau sama dengan 4 orang. Rumah tangga sedang adalah rumah tangga yang memiliki anggota antara lima sampai tujuh orang, sedangkan rumah tangga besar adalah rumah tangga dengan jumlah anggota lebih dari tujuh orang BKKBN, 1998 dalam Ermawati, dkk, 2009. Pada skala rumah tangga tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanya pangan yang cukup dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh bahan yang diperlukan Suhardjo 1989, semakin besar jumlah keluarga maka pengeluaran untuk konsumsi makanan lebih besar dari pada pengeluaran untuk non pangan. Keluarga adalah bagian penting bagi anak dalam belajar perilaku. Menurut Arbeit dkk 1991 dalam Sarintohe, 2000, keterlibatan keluarga amatlah penting dalam pendidikan nutrisi. De Bourdeaudhuij dan Van Oost 1996 dalam Sarintohe, 2000 menjelaskan bahwa family food rules merupakan salah satu peran keluarga dalam membentuk perilaku makan yang sehat. Family food rules terdiri dari kewajiban untuk makan makanan yang sehat dan larangan makan makanan yang tidak sehat. Jadwal makan keluarga juga merupakan salah satu dari family food rules, yang dapat membantu membiasakan anak untuk punya jadwal makan yang tetap. Keluarga inti terlihat memainkan peran penting dalam pembentukan pola makan. Peran fasilitas sosial yang dalam hal ini jumlah keluarga pada asupan energi berhubungan positif antara jumlah orang yang hadir pada saat bersantap pada saat makan makanan kudapan maupun konsumsi makanan dengan asupan energi yang tinggi seperti makanan pokok. Misalnya makanan yang disantap bersama dengan orang lain rata-rata 44 lebih banyak daripada makanan yang disantap sendirian dan pilihan makanan lebih tinggi pada makanan dengan karbohidrat, lemak, protein dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini diasumsikan bahwa hubungan itu bersifat klausal yang mencerminkan kombinasi peningkatan ketersediaan makanan, suasana sosial yang rileks, gangguan, makanan yang lebih menggoda dan durasi bersantap yang lebih lama Gibney, et all, 2009. 11. Perpindahan penduduktempat tinggal Perbedaan tempat tinggal juga mempengaruhi pilihan makanan. Hal ini berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya makanan Dorothy, 2006. Misalnya seseorang yang hidup di desa tidak terdapat restoran yang menghidangkan makanan cepat saji, karena tidak terbiasa mengkonsumsi makanan tersebut, setelah pindah dari desa ke kota dimana lebih banyak tersedia makanan cepat saji. maka ia akan tertarik untuk mecoba makanan diluar kebiasaan makanannya. C. Kerangka Teori
pertimbangan utama dalam memilih makanan adalah dari segi